Selamat datang dan selamat bertemu Kembali Bapak dan Ibu
Sahabat Guru Penggerak di Jurnal Refleksi Dwi Mingguan ke-5 Pendidikan Guru
Penggerak Angakatan 11. Pada kesempatan kali ini saya akan merefleksi kegiatan
saya selama pembelajaran di modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi.
Pada Jurnal Refleksi
Modul 2.1 ini saya masih menggunakan model 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger
Greenaway, yaitu:
1.Fact (Peristiwa)
2.Feeling (Perasaan)
3.Finding (Pembelajaran)
4.Future (Rencana Tindak Lanjut)
1.Fact (Peristiwa)
Sahabat Guru Penggerak,
Pada modul 2 ini saya memulai diri dengan mengikuti tes awal, dan Tes awal
pada modul 2.1 ada 3 pertanyaan sebagai refleksi diri tentang perlakuan yang
sudah saya laksanakan kepada murid yang sangat beragam, tantangan yang saya hadapi
saat melakukan perlakuan dengan keberagaman murid yang berbeda serta bagaimana
cara saya melakukan tindakan untuk menjawab tantangan tersebut.
Dengan segala kekurangan yang saya miliki saya merasa harus banyak belajar mulai
dari Modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Dengan cara membaca materi
modul 2.1 yang sudah disiapkan di lms (Learning Management System). Ada
sumber belajar dan Contoh RPP Moda Daring Dan RPP Moda Luring. Dari melihat
contoh RPP tersebut ada gambaran apa yang harus saya lakukan kepada murid saya
yang beragam karakter dan kebutuhan belajar.
Selanjutnya saya mendalami materi di eksplorasi konsep. Dalam Eksplorasi
konsep saya jadi bisa belajar apa itu pembelajaran berdiferensiasi, bagaimana mengetahui
dan mengidentifikasi kebutuhan belajar murid berangkat dari miskonsepsi yang
sering dihadapi di kelas. Selanjutnya merefleksi diri serta mengamati contoh Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Moda Luring dan
Daring.
Dalam Eksplorasi Konsep ada diskusi antara peserta Calon Guru Penggerak
tentang Pembelajaran Berdiferensiasi ini. Dilanjutkan dengan Membuat Diagram
Frayer.Diagram yang berisikan tentang pertanyaan tentang 4 hal yaitu
4.Manakah yang bukan Contoh dari Pembelajaran
Berdiferensiasi?
Gambar 1. Diagram Frayer
Pada Diskusi di Ruang Kolaborasi Saya dan teman-teman dari kelompok jenjang
SMA. Diskusi dari Skenario Situasi 4 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi yang
dilakukan oleh bu Derana. Pada diskusi ini banyak Pelajaran yang bisa diambil
dan menjadi pengalaman baru buat saya. Dilanjut dengan pembuatan Bahan ajar
dengan menggunakan aplikasi Canva mulai presentasi di ruang kolaborasi besar.
Tantangan yang saya hadapi adalah pada saat presentasi kelompok saya kurang
maksimal dalam berperan sebagai anggota kelompok karena sedang dalam
perjalanan. Tetapi saya bisa menyimak dengan sangat jelas dan memahami tentang
materi.
Dikuatkan lagi dengan elaborasi yang dilakukan oleh instruktur hebat pada
ealborasi pemahaman.
Saya sangat menikmati pembelajaran di modul 2.1 ini karena banyak
pengalaman belajar yang bisa saya dapatkan. Kendala yang dihadapi insya Allah
bisa diatasi dengan waktu yang sangat terbatas insya Allah bisa dilaksanakani
dengan optimal. Aamiin.
2.Feeling
(Perasaan)
Perasaaan saya sangat senang karena mendapatkan pengalaman baru tentang pembelajaran
yang berdiferensiasi ini. Support dan dukungan yang diberikan oleh
fasilitator sangat berarti buat saya yang terkadang lupa dalam pendistribusian
tugas. Saya senang dengan materi modul ini, begitu juga saat penguatan saya
mendapatkan penguatan tentang wawasan saya tentang pembelajaran berdiferensiasi
ini.
Komunikasi positif antara teman yang terjalin dengan baik sangat membantu
saya dalam berkolaborasi menyelesaikan tugas kelompok untuk presentasi di ruang
kolaborasi. Agar tetap memiliki energi positif dalam mengerjakan tugas
teman-teman dalam kelompok selalu berdiskusi di ruang obrolan chat grup,
terkait dengan penyelesaian tugas kelompok. Saya juga sangat terbantu dengan
dukungan dan support teman-teman dalam satu kelompok yang saling menguatkan
tentang peran dalam berdiskusi.
3.Finding (Pembelajaran)
Pada pembelajaran di modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi ini sangat
memotivasi saya dalam mengembangkan potensi diri dalam belajar mengembangkan potensi
diri saya dalam merancang pembelajaran yang memenuhi kebutuhan murid yang
beragam mulai dari kesiapan murid sampai kepada minat dan profil belajar murid.
Saya juga jadi mengetahui sejauh mana content atau isi pembelajaran
berdiferensiasi ini dan bagaimana prosesnya serta penilaian apa yang harus kita
lakukan dalam pembelajaran pada murid yang memiliki kebutuhan berbeda di dalam
setiap kelas.
Saya juga semakin terdorong untuk mengembangkan kreatifitas dalam
memperluas wawasan saya tentang proses pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat
pada murid dengan tentunya mengedepankan karakter profil pelajar pancasila.
4.Future
Setelah belajar di modul 2.1 ini saya akan lebih fokus dalam pengembangan pembelajaran
mulai dari mengembangkan isi/content pembelajaran berdiferensiasi, berinovasi
tentang proses pembelajaran dan mengembangkan penilaian yang berkelanjutan
serta tentunya akan berkolaborasi dengan berdiskusi kepada kepala satuan
pendidikan dan rekan sejawat, agar mendapatkan masukan dan reflektif untuk
menciptakan pembelajaran yang tetap berpihak kepada murid dan mengutamakan
pengembangan profil pelajar pancasila.
Saya akan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini di kelas yang saya
ampu dengan terus belajar dan berdiskusi dengan semua pihak yang bisa
berkolaborasi dalam pengembangan dan inovasi metode dan gaya belajar serta
strategi dalam pembelajaran.
Terima kasih
Semoga refleksi yang saya tulis ini bisa menginspirasi
bagi sahabat Guru Penggerak yang membaca artikel ini.
Video 1.1 Bermain peran Segitiga Restitusi dengan Murid
KASUS 1
..........................................................................................................................................
A. SKENARIO (GURU)
Bu Mawar adalah Guru di SMA Merdeka Bangsa, beliau mengampu mata pelajaran
Biologi di kelas XI dan setiap hari Senin mendapatkan tugas tambahan dari
kepala sekolah sebagai guru piket. Pada saat bu Mawar sedang bertugas, beliau mendapati
Nanda, kelas XI C.1, datang terlambat setelah pintu gerbang sekolah ditutup dan
terkunci. Dengan setengah berlari Nanda menghampiri bu Mawar yang sedang
bersiap-siap meninggalkan pintu gerbang untuk mengamati dan memantau jalannya
upacara dari arah belakang.
Dengan terengah-engah Nanda memanggil bu Mawar dan
meminta tolong kepada bu Mawar untuk mengizinkan dirinya masuk dan mengikuti
jalannya upacara bendera hari Senin. Bu Mawar mendapatkan informasi dari
penjaga keamanan sekolah bahwa beberapa hari lalu Nanda sering datang terlambat
dan namanya tercatat di buku siswa terlambat sebanyak dua kali. Bu Mawar mengizinkan
Nanda masuk, dan berbaris terpisah di belakang para peserata upacara. Bu Mawar
khawatir menggangu hikmat jalannya upacara apabila disatukan berbaris dengan temannya
yang lain. Bu Mawar pun melaporkan hal ini kepada wali kelas Nanda, yaitu bu
Gita.
Nilai Kebajikan : 1. Disiplin
2. Tanggung Jawab
SKENARIO (GURU) / PERCAKAPAN
Di Taman Baca Sekolah, Bu Gita dan Nanda berbicara dengan
santai
Langkah 1 (Menstabilkan Identitas)
Nanda : “Assalaamualaikum bu Gita.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam Nanda, silakan duduk.”
(bu Gita mempersilakan Nanda duduk di sampingnya, sambil membetulkan posisi
duduknya)
Nanda : “Maaf Bu, Ibu memanggil saya?”
Guru : “Iya betul, bagaimana, perasaannya hari ini?”
Nanda : “Alhamdulillah senang Bu.”
Guru : “Ibu
dengar dari bu Mawar beberapa hari lalu Nanda terlambat ya, termasuk hari ini?”
Nanda : “Iya Bu, saya datang terlambat sudah tiga
kali dengan hari ini.” (Nanda menunduk tidak berani menatap bu Gita)
Guru : “Nanda, semua orang pernah melakukan
kesalahan termasuk ibu juga, karena kita manusia bukan mahluk yang sempurna dan
tak luput dari salah.” (bu Gita merubah posisi duduknya agak menghadap
kearah Nanda yang masih menunduk)
“Ibu
tidak akan mencari siapa yang salah dalam hal ini, tetapi ibu mengajak Nanda
untuk bersama-sama kita mencari solusinya supaya Nanda tidak terlambat lagi.”
(bu Gita berusaha membangun percaya diri Nanda dan menstabilkan identitasnya)
Nanda : “Baik Bu.” (Nanda mengangguk sambil
memandang bu Gita)
Langkah 2 (Memvalidasi Tindakan)
Guru : “Boleh ibu tahu mengapa Nanda datang
terlambat?”
Nanda : “Saya bangunnya kesiangan Bu.” (Nanda
menatap bu Gita sesaat, kemudian menunduk kembali)
Guru : “Mengapa bangunnya kesiangan, sementara hari-hari
sebelumnya Nanda bisa bangun lebih awal.”
Nanda : ”Kedua orang tua saya sedang dinas ke luar
kota Bu, jadi di rumah hanya ada saya dan si Bibi.”
“Bibi
tidak berani membangunkan saya, dan saya tidurnya agak larut malam Bu karena
saya mengerjakan tugas sekolah dan menulis cerpen.”
Langkah 3 (Menanyakan Keyakinan Kelas)
Guru : “Nanda masih ingat keyakinan kelas kita?”
(bu Gita memegang pundak Nanda dengan lembut)
Nanda : “Masih Bu.” (Nanda mengangguk kemudian menunduk
kembali)
Guru : “Kira-kira yang kamu lakukan ini sudah
sesuai belum dengan keyakinan kelas kita?”
Nanda : “Belum Bu.” (Nanda menatap bu Gita dengan
lembut)
Guru : “Keyakinan yang mana?”
Nanda : “Kedisiplinan Bu.”
Guru : “Iya betul, ternyata Nanda tahu.”
“Lalu,
apakah Nanda punya solusi agar tidak datang terlambat lagi?”
Nanda : “Iya Bu.” (Nanda tertegun sejenak)
“Pertama, saya akan meminta maaf kepada bu Mawar karena saya datang
terlambat, kemudian yang kedua saya akan tidur lebih awal dan mengatur waktu
menulis cerpen serta mengerjakan tugas sekolah, dan yang ketiga insya Allah
saya akan selalu datang tepat waktu dan lebih awal.”
Guru : “Baik, terima kasih Nanda. Ibu apresiasi
untuk tanggung jawab mu dan kesadarannya, sekarang silakan kembali ke
kelasnya.”
Nanda : “Baik Bu, terima kasih.” (Nanda berdiri
dan mencium tangan bu Gita)
B. SKENARIO (MURID)
Nanda adalah murid di SMA Merdeka Bangsa kelas XI C.1. Senin pagi Nanda
bangun pada pukul 06.30 WIB. Nanda kaget saat melihat jam weker di meja samping tempat tidurnya, ia pun langsung
bergegas ke kamar mandi dan kebetulan karena sedang berhalangan sehingga Nanda
tidak melaksanakan sholat subuh. Setelah bersih-bersih, Nanda siap berangkat
pukul 06.50 WIB, sementara lamanya waktu perajalanan yang biasa dia tempuh
adalah 20 menit bila kondisi lalu lintas tidak padat. Nanda segera memesan ojek
online untuk mengantarkannya ke sekolah. Sesampainya di sekolah pukul 07.15 WIB
karena kondisi jalanan agak macet. Nanda mendapati pintu gerbang sudah
terkunci, dan dia melihat bu Mawar bersiap meninggalkan lokasi di pintu gerbang
yang biasanya beliau menyambut murid-murid di hari Senin.
Nanda berlari
menghampiri pintu gerbang sambil memanggil bu Mawar kemudian memohon untuk mengizinkannya
masuk dan mengikuti upacara bendera pada hari Senin. Bu Mawar mengizinkan Nanda
masuk. Dan Nanda bisa mengikuti upacara bendera walau di barisan yang terpisah.
Saat Istirahat Nanda dipanggil oleh bu Gita, wali kelasnya.
SKENARIO (MURID) / PERCAKAPAN
Di Taman Baca Sekolah, Bu Gita dan Nanda berbicara dengan santai
SCENE SATU
Nanda : “Assalaamualaikum bu Gita.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam Nanda, silakan duduk.”
(bu Gita mempersilakan Nanda duduk di sampingnya, sambil membetulkan posisi
duduknya)
Nanda : “Maaf Bu, Ibu memanggil saya?”
Guru : “Iya betul, bagaimana perasaannya Nanda hari
ini?”
Nanda : “Alhamdulillah senang Bu.”
Guru : “Ibu dengar dari bu Mawar beberapa hari lalu Nanda terlambat ya, termasuk hari ini?”
Nanda : “Iya Bu, saya datang terlambat sudah tiga
kali dengan hari ini.” (Nanda menunduk tidak berani menatap bu Gita)
Guru : “ Nanda, semua orang pernah melakukan
kesalahan termasuk ibu juga, karena kita manusia bukan mahluk yang sempurna dan
tak luput dari salah.” (bu Gita merubah posisi duduknya agak menghadap
kearah Nanda yang masih menunduk)
“Ibu
tidak akan mencari siapa yang salah dalam hal ini, tetapi ibu mengajak Nanda
untuk bersama-sama kita mencari solusinya supaya Nanda tidak terlambat lagi.”
(bu Gita berusaha membangun percaya diri Nanda dan menstabilkan identitasnya)
Nanda : “Baik Bu.” (Nanda mengangguk sambil
memandang bu Gita)
SCENE DUA
Guru : “Boleh ibu tahu mengapa Nanda datang
terlambat?”
Nanda : “Saya bangunnya kesiangan Bu.” (Nanda
menatap bu Gita sesaat, kemudian menunduk kembali)
Guru : “Mengapa bangunnya kesiangan, sementara
hari-hari sebelumnya Nanda bisa bangun lebih awal.”
Nanda : ”Kedua orang tua saya sedang dinas ke luar
kota Bu, jadi di rumah hanya ada saya dan si Bibi.”
“Bibi
tidak berani membangunkan saya, dan saya tidurnya agak larut malam Bu karena
saya mengerjakan tugas sekolah dan menulis cerpen.”
SCENE TIGA
Guru : “Nanda masih ingat keyakinan kelas kita?”
(bu Gita memegang pundak Nanda dengan lembut)
Nanda : “Masih Bu.” (Nanda mengangguk kemudian
menunduk kembali)
Guru : “Kira-kira yang kamu lakukan ini sudah
sesuai belum dengan keyakinan kelas kita?”
Nanda : “Belum Bu.” (Nanda menatap bu Gita dengan
lembut)
Guru : “Keyakinan yang mana?”
Nanda : “Kedisiplinan Bu.”
Guru : “Iya betul, ternyata Nanda tahu.”
“Lalu,
apakah Nanda punya solusi agar tidak datang terlambat lagi?”
Nanda : “Iya Bu.” (Nanda tertegun sejenak)
“Pertama, saya akan meminta maaf kepada bu
Mawar karena saya datang terlambat, kemudian yang kedua saya akan tidur lebih
awal dan mengatur waktu menulis cerpen serta mengerjakan tugas sekolah, dan
yang ketiga insya Allah saya akan selalu datang tepat waktu dan lebih awal.”
Guru : “Baik, terima kasih Nanda. Ibu apresiasi
untuk tanggung jawabmu dan kesadarannya, sekarang silakan kembali ke kelasnya.”
Nanda : “Baik Bu, terima kasih.” (Nanda berdiri
dan mencium tangan bu Gita)
KASUS 2
...........................................................................................................................................
A. SKENARIO (GURU)
Pak Raka adalah Guru Sosiologi di kelas X.1 SMA Mulia
Bangsa. Pada saat pembelajaran Sosiologi pak Raka meminta murid-muridnya untuk
mengumpulkan tugas mandiri yang diberikannya pekan lalu. Setelah murid-murid
mengumpulkan tugasnya di meja guru, pak Raka menanyakan kepada semua murid,
“apakah semuanya sudah mengumpulkan tugas?”. Murid-murid kelas X.1 menjawab
dengan spontan secara bersama dan kompak, “sudah Pak.” Setelah mengajar di
kelas X.1 pak Raka langsung menuju ke ruang guru untuk memeriksa dan menilai
penugasan tersebut.
Pak Raka kaget, setelah semua diperiksa dan dinilai,
ternyata ada satu nama yang belum ada nilainya sementara buku penugasan sudah
semua diperiksa. Sementara saat pak Raka mengabsen murid di kelas, semuanya
hadir. Ternyata Kirana tidak mengumpulkan tugasnya. Dan pak Raka kecewa karena
Kirana sudah berbohong dan tidak mengumpulkan tugasnya, beliau pun menceritakan
peristiwa tersebut kepada bu Rini sebagai walikelasnya. Pak Raka minta tolong
kepada bu Rini untuk menjembatani permasalahan tersebut dan menanganinya.
Nilai Kebajikannya : 1. Tanggung jawab
2.
Kejujuran
SKENARIO (GURU) / PERCAKAPAN
Di sebuah ruangan bu Rini berbicara dengan Kirana
Langkah 1 (Menstabilkan Identitas)
Kirana : “Assalaamualaikum Bu.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam,
Kirana.”
“Silakan duduk Kirana.” (bu Rini
mempersilakan Kirana duduk di kursi yang ada di hadapannya)
Kirana : “Baik, Bu.” (Kirana duduk di kursi yang
ditunjuk oleh bu Rini)
Guru : ”Kirana
tahu mengapa kamu ibu panggil?”
Kirana : “Iya Bu, mungkin berkaitan dengan tugas mata
pelajaran Sosiologi, tadi pak Raka menyampaikan kekecewaannya kepada saya.”
(Kirana menundukkan pandangannya dari tatapan bu Rini)
Guru : “Pak
Raka bilang apa?”
Kirana : “Pak Raka menanyakan tentang tugas saya
tidak ada di dalam kumpulan tugas murid yang lain dan saya tidak jujur saat
ditanya di dalam kelas.”
Guru“Kirana, semua orang pernah
berbuat salah, begitupun Ibu, juga pak Raka. Hal ini wajar karena tidak ada
manusia yang sempurna.”
“Dan setiap tindakan yang kita lakukan pasti ada
alasannya.”
Guru : “Kirana
pasti punya alasan.” (bu Rini diam sejenak)
“Kenapa
tidak mengumpulkan tugas mata pelajaran Sosiologi?”
Kirana : “Iya Bu, saya belum selesai mengerjakannya,
semalam saya kelelahan sehingga tidur cepat.” (Kirana menjawab dengan nada
penyesalan)
Guru : “Mengapa
Kirana tidak mengangkat tangan untuk mengakui kalau belum mengumpulkan tugas saat
ditanya pak Raka?”
Kirana : “Saya malu dengan teman-teman yang lain,
Bu.”
Langkah 3 (Menanyakan Keyakinan Kelas)
Guru : “Kirana
masih ingat dengan keyakinan kelas kita?”
Kirana : “Masih Bu.” (Kirana menatap bu Rini)
Guru : “Kira-kira
yang Kirana lakukan ini sudah sesuai dengan keyakinan kelas kita belum?”
Kirana : “Belum Bu.”
Guru : “Keyakinan
yang mana?”
Kirana : “Selalu bertanggung jawab dan bersifat jujur,
Bu.”
Guru : “Iya
betul, Kirana tahu itu.”
“Apakah
Kirana punya solusi dalam menyelesaikan masalah ini?”
Kirana : “Iya Bu” (Kirana menegakkan badannya dan
menatap yakin kepada bu Rini)
“Pertama
saya akan meminta maaf kepada pak Raka, karena sudah mengecewakannya. kemudian
saya akan segera menyelesaikan tugas pelajaran Sosiologi dan langsung
mengumpulkannya. Dan yang ketiga saya akan mengatur waktu belajar saya.”
Guru : “Baik,
terima kasih. Ibu mengapresiasi Kirana mau bertanggung jawab.” (bu Rini menatap Kirana sambil tersenyum)
“Sekarang Kirana boleh kembali ke kelas untuk
melanjutkan istirahat.”
Kirana : “Baik Bu, terima kasih. Saya permisi.” (Kirana
berdiri dan mencium tangan bu Rini)
“Assalaamualaikum.” (Kirana melepaskan
tangannya dan kemudian berlalu dari hadapan bu Rini yang juga sudah berdiri)
Guru : “Wa’alaikumussalaam.”
(bu Rini beranjak dari duduknya)
B. SKENARIO (MURID)
Kirana adalah murid kelas X.1 di SMA Mulia Bangsa. Pada
saat pembelajaran Sosiologi pak Raka meminta murid-muridnya untuk mengumpulkan
tugas mandiri yang diberikannya pekan lalu. Kirana belum menyelesaikan tugas
pelajaran Sosiologi, karena semalam Kirana kelelahan sehingga tidur lebih awal.
Setelah murid-murid mengumpulkan tugasnya di meja guru,
pak Raka menanyakan kepada semua murid, “apakah semuanya sudah mengumpulkan
tugas?”. Murid-murid kelas X.1 menjawab dengan spontan secara bersama dan
kompak, “sudah Pak.” Kirana diam saja dan tidak berani untuk mengakui bahwa
dirinya belum mengumpulkan tugas. Pada saat istirahat pertama Kirana menemui
pak Raka yang sedang duduk di koridor sekolah. Dan pak Raka menyampaikan
kekecewaannya kepada Kirana.
SKENARIO (MURID) / PERCAKAPAN
Di sebuah ruangan bu Rini berbicara dengan Kirana
SCENE SATU
Kirana : “Assalaamualaikum
Bu.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam, Kirana.”
“Silakan duduk Kirana.” (bu Rini
mempersilakan Kirana duduk di kursi yang ada di hadapannya)
Kirana : “Baik,
Bu.” (Kirana duduk di kursi yang ditunjuk oleh bu Rini)
Guru : ”Kirana tahu mengapa kamu ibu panggil?”
Kirana : “Iya
Bu, mungkin berkaitan dengan tugas mata pelajaran Sosiologi, tadi pak Raka
menyampaikan kekecewaannya kepada saya.” (Kirana menundukkan pandangannya
dari tatapan bu Rini)
Guru : “Pak Raka bilang apa?”
Kirana : “Pak
Raka menanyakan tentang tugas saya tidak ada di dalam kumpulan tugas murid yang
lain dan saya tidak jujur saat ditanya di dalam kelas.”
Guru : “Kirana,
semua orang pernah berbuat salah, begitupun Ibu, juga pak Raka. Hal ini wajar
karena tidak ada manusia yang sempurna.”
“Dan setiap tindakan yang kita lakukan pasti ada
alasannya.”
Guru : “Kirana pasti punya alasan.” (bu Rini diam
sejenak)
“Kenapa
tidak mengumpulkan tugas mata pelajaran Sosiologi?”
Kirana : “Iya
Bu, saya belum selesai mengerjakannya, semalam saya kelelahan sehingga tidur
cepat.” (Kirana menjawab dengan nada penyesalan)
Guru : “Mengapa Kirana tidak mengangkat tangan untuk
mengakui kalau belum mengumpulkan tugas saat ditanya pak Raka?”
Kirana : “Saya
malu dengan teman-teman yang lain, Bu.”
SCENE TIGA
Guru : “Kirana masih ingat dengan keyakinan kelas
kita?”
Kirana : “Masih
Bu.” (Kirana menatap bu Rini)
Guru : “Kira-kira yang Kirana lakukan ini sudah sesuai
dengan keyakinan kelas kita belum?”
Kirana : “Belum
Bu.”
Guru : “Keyakinan yang mana?”
Kirana : “Selalu
bertanggung jawab dan bersifat jujur, Bu.”
Guru : “Iya betul, Kirana tahu itu.”
“Apakah
Kirana punya solusi dalam menyelesaikan masalah ini?”
Kirana : “Iya
Bu” (Kirana menegakkan badannya dan menatap yakin kepada bu Rini)
“Pertama
saya akan meminta maaf kepada pak Raka, karena sudah mengecewakannya. kemudian
saya akan segera menyelesaikan tugas pelajaran Sosiologi dan langsung
mengumpulkannya. Dan yang ketiga saya akan mengatur waktu belajar saya.”
Guru : “Baik, terima kasih. Ibu mengapresiasi
Kirana mau bertanggung jawab.” (bu Rini menatap Kirana sambil
tersenyum)
“Sekarang Kirana boleh kembali ke kelas untuk
melanjutkan istirahat.”
Kirana : “Baik
Bu, terima kasih. Saya permisi.” (Kirana berdiri dan mencium tangan bu
Rini)
“Assalaamualaikum.” (Kirana melepaskan
tangannya dan kemudian berlalu dari hadapan bu Rini yang juga sudah berdiri)
Guru : “Wa’alaikumussalaam.” (bu Rini beranjak dari
duduknya)