Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng
PUNCAK SIKUNIR, DATARAN TINGGI DIENG

Sabtu, 15 Agustus 2020

HUKUM FARADAY DAN KOROSI


A.     HUKUM FARADAY

Michael Faraday
Gambar 1.   Michael Faraday, Pakar Kimia-Fisika 
                  bekebangsaan Inggris (1791 - 1867)


Faraday mengatakan bahwa sel elektrolisis dapat digunakan untuk menentukan banyaknya zat yang bereaksi berdasarkan jumlah muatan listrik yan digunakan dalam rentang waktu tertentu.

Dalam sel Volta maupun sel elektrolisis terdapat hubungan antar jumlah zat yang bereaksi dan muatan listrik yang terlibat dalam reaksi redoks. Berdasarkna hasil penyelidikan Millikan (model tetes minya) diketahui bahwa muatan elektron (e) adalah 1,60218 x 10-19 C. Oleh karena itu, jika satu mol elektron ditransfer maka muatan listriknya adalah

Qe = (6,022 x 1023 mol-1) x (1,60218 x 10-19 C)

      = 96.500 C.mol-1


Jadi nilai muatan listrik untuk 1 mol elektron ditetapkan sebesar 1 Faraday.

F = 96.500 C.mol-1

 

1.     Hukum Faraday I

Hukum ini menyatakan bahwa massa zat yang diendapkan atau dilarutkan sebanding dengan muatan yang dilewatkan dalam sel dan massa molar zat tersebut.


Rumusnya : 

Keterangan :

w  =  massa zat yang dihasilkan

 e  =  massa ekuivalen

 i   =  kuat arus listrik (ampere)

 t   =  waktu (detik)

 F  =  tetapan Faraday (1 F = 96.500 C.mol-1)

             Hukum Faraday I dapat juga di tulis :

           

            Pada Hukum Faraday I, biasanya Ar sudah diketahui, sehingga nilai e berubah menjadi

Keterangan 

Ar  =  massa molekul relatif  dan   

n   =  jumlah elektron yang diterima atau dilepas

Sehingga rumus Hukum Faraday I sebagai berikut : 

 


CONTOH SOAL :

Ke dalam larutan NiSO4 dialirkan arus listrik sebesar 0,2 faraday. Tentukan volume gas oksigen yang dihasilkan di anode jika diukur pada keadaan standar.

 Pembahasannya :

Diketahui : 

Reaksi di anode :  2H2O (l)  →  4H+(aq)  +  O2 (g)  +  4e-    

(karena anionnya mengandung oksigen maka yang teoksidasi adalah H2O)

1 mol O2 ekuivalen dengan 4 mol elektron, berarti nilai n = 4

Arus listrik = 0,2 faraday

 

 Volume O2 pada STP   =  n  x  22,4 L/mol

                                        =  0,05 mol x 22,4 L/mol

                                        =  1,12 L


2.      Hukum Faraday II

Setiap larutan mendapatkan arus listrik yang sama sehingga dari setiap larutan akan dihasilkan massa zat secara ekivalen (grek = gram ekivalen) sama.

Jadi rumus Hukum Faraday II sebagai berikut :

 


CONTOH SOAL :

Kedalam larutan ANO3 dan larutan NaCl yang disusun seri, dialirkan arus listrik sehingga larutan NaCl memiliki pH 13. Jika diketahui Ar Ag = 108 gr/mol dan volume setiap larutan adalah 1 L. Tentukan massa perak yang diendapkan.


Pembahasannya :

        

Ar Ag  =  108 gram/mol

  pH     =  13 

pOH   =  14 - pH   sehingga  pOH  =  14 - 13

[OH-]  =  10-1 M

       n   =  1   (OH- ionnya = 1)

 

Rumus Jumlah mol      mol  =  M . V

Jumlah mol OH-           mol = 0,1 M  x  1 L

                                     mol  = 0,1 mol


 

B.     KOROSI 

Karat merupakan hasil korosi, yaitu oksidasi suatu logam. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O. xH2O. Korosi atau proses pengaratan merupakan proses elektrokimia, dimana besi (Fe) bertindak sebagai pereduksi dan oksigen yang terlarut dalam air bertindak sebagai pengoksidasi.

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

Karat yang terbentuk dapat mempercepat proses pengaratan berikutnya. Oleh sebab itu karat disebut juga dengan autokatalis.

Mekanisme terjadinya karat pada besi, logam besi yang kontak langsung dengan udara akan dioksidasi menjadi ion Fe2+, ion ini larut dalam tetesan air. Tempat terjadinya reaksi ksidasi diujung tetesan air ini adalah anode. Ion Fe2+ yang terbentuk bergerak dari anode ke katode melalui tetesan air, sedangkan elektron mengalir dari anode ke katode melalui logam. Elektron ini selanjutnya mereduksi oksigen dari udara dan menghasilkan air. Ujung tetesan air tempat terjadinya reaksi reduksi ini adalah katode. Sebagian oksigen dalam udara larut dalam tetesan air dan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang mebentuk karat besi, Fe2O3 . xH2O.

Proses terjadinya korosi
Gambar 2.   Poses elektrokimia dalam perkaratan besi

Pencegahan Korosi

Kerugian yang cukup besar akibat dari peristiwa korosi ini mengharuskan adanya upaya-upaya pencegahan terjadinya karat. Cara pencegahan proses pengaratan diantaranya adalah :

1.        Cara modifikasi Lingkungan

Karena oksigen (O2) dan kelembaban udara adalah faktor utama dalam penyebab terjadinya proses pengaratan, maka kadar oksigen dan kelembaban udara harus diturunkan agar dapat memperlambat proses pengaratan. Sebagai contoh, untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan maka ruangan tersebut harus menggunakan pendingin ruangan, AC.

Gambar 3.  AC, untuk menurunkan kelembaban udara

 

2.        Cara modifikasi besi

Besi dalam bentuk aloi akan lebih tahan terhadap pengaratan. Seperti baja (aloi dari besi) mengandung 11-12% kromium dan sedikit mengandung karbon, ini yang disebut stainless steel. Stainless steel banyak digunakan di industri untuk bahan kimia dan alat rumah tangga.

 

Gambar 4.   Alat rumah tangga dari bahan stainless steel


Gambar 5.   Sepeda, terbuat dari bahan aloi besi



Gambar 6.   Bahan Industri pesawat terbang 


3.        Cara Proteksi Katodik

Jika logam besi dihubungkan dengan seng, maka besi tersebut akan sukar mengalami korosi. Hal ini disebabkan seng memiliki potensial reduksi lebih negatif dari besi sehingga seng lebih mudah untuk teroksidasi.

Seng akan bereaksi dengan oksigen dan air dalam lingkungan yang mengandung karbon dioksida dan membentuk senyawa seng karbonat. seng karbonat yang terbentuk berfungsi melindungi seng itu sendiri dari korosi. Cara perlindungan ini yang disebut perlindungan katodik. Selain seng  (Zn) yang bisa untuk perlindungan katodik adalah magnesium (Mg).


Perlindungan katodik
Gambar 7.   Pencegahan korosi dengan cara perlindungan katode

 

4.        Cara Pelapisan

Jika logam besi dilapisi tembaga (Cu) atau timah (Sn), besi akan terlindungi dari karat. Hal ini dikarenakan Cu dan Sn memiliki potensial reduksi yang lebih positif dari pada besi. Selain tembaga dan timah besi juga dapat dilapisi oleh logam lain yang memiliki potensial reduksi lebih positif, misalnya perak, emas, nikel dan platina.

Selain menggunakan logam untuk pelapisan dapat juga menggunakan senyawa non logam, misalnya melapisi besi dengan cat, gelas, plastik atau vaselin (gemuk). 


Gambar 4.   Jembatan yang dilapisi cat untuk mencegah terjadinya korosi 



Channel Education

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTING BEFORE