LAJU REAKSI
PEMBELAJARAN KIMIA
A. Pengertian
Laju Reaksi
Suatu reaksi :
A → B
Dari reaksi tersebut A adalah pereaksi (reaktan)
sedangkan B adalah hasil reaksi (produk). Dapat dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut :
Pereaksi
(reaktan) → Hasil reaksi (produk)
Seperti halnya reaksi tersebut, laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai “berkurangnya jumlah zat pereaksi
untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah zat hasil reaksi untuk
setiap satuan waktu.”
Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya
dinyatakan sebagai konsentasi molar atau Kemolaran (M). Sehingga pernyataan
laju reaksi dapat disimpulkan sebagai “bekurangnya
konsentrasi zat pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap
satuan waktu (detik)”. Sehingga satuan dari laju reaski adalah mol/liter.detik.
Tanda negatif ∆[A] menunjukkan bahwa konsentrasi zat A bekurang dan tanda positif ∆[B] menunjukkan bahwa konsentrasi B bertambah.
Gambar 1. Perubahan A → B diamati setiap 10 detik
Gambar 2. Grafik Laju reaksi A → B
Secara umum untuk reaksi: aA + bB → cC + dD
Contoh
:
Laju reaksi pada reaksi : 4NO2(g) + O2(g) → 2N2O5(g) diukur berdasarkan berkurangnya konsentrasi gas oksigen setiap detik. Jika pada suhu tertentu laju reaksinya adalah 0,024 Molar/detik, hitunglah laju reaksi jika diukur berdasarkan ;
a. Berkurangnya gas NO2 setiap detik
b. Bertambahnya gas N2O5 setiap detik
Pembahasan :
B. Hukum Laju Reaksi
Hukum Laju Reaksi adalah hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasiawal zat-zat pereaksi.
Untuk reaksi :
aA + bB → cC + dD
Hukum laju reaksinya dinyatakan sebagai :
Laju reaksi = k [A]x [B]y
Catatan:
k : tetapan laju reaksi nilainya tetap pasa suhu
tetap
[A] : konsentrasi awal zat A
[B] : konsentrasi awal zat B
x : orde reaksi/tingkat reaksi untuk zat A
y : orde reaksi/tingkat reaksi untuk zat B
(x+y) = orde reaksi total / tingkat reaksi total
Untuk memahami bagaimana hukum laju reaksi
ditentukan melalui eksperimen, berikut contoh reaksi :
2H2(g) + 2NO(g) → 2H2O(g) + N2(g)
Tabel 1. Hasil percobaan penentuan persamaan laju reaksi antar
gas NO dan gas H2 pada suhu 800 oC.
Pada percobaan 1 dan 2 konsentrasi gas NO dibuat tetap (variabel kontrol) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gas H2 terhadap laju reaksi (sebagai variabel manipulasi).
Sebaliknya pada percobaan 3
dan 4 konsentrasi gas H2 sebagai variabel kontrol dan gas NO sebagai
variabel manipulasi.
Pada percobaan 1 dan 2, jika konsentrasi gas H2
dinaikkan dua kali lipat pada saat konsentrasi awal gas NO tetap, maka laju reaksi
menjadi dua kali lebih cepat. Sehingga didapat persamaan perbandingan :
Laju
reaksi = [H2]
Sedangkan pada percobaan 3 dan 4, padaa saat
konsentrasi gas H2 tetap dan konsentrasi gas NO dinaikan dua kali
lipat, maka laju reaksi meningkat empat kali lebih cepat. Persamaan
kesebandingannya menjadi :
Laju
reaksi = [NO]2
Persamaan hukum laju reaksi menjadi :
r = k [H2]x [NO]y
Dari percobaan 1 diperoleh : r1 = k (0,001)x (0,006)y
Dari percobaan 2 diperoleh : r1 = k (0,002)x (0,006)y
Jika pecobaan 1 dan 2 dibandingkan maka akan didapatkan
Dari percobaan 3 diperoleh : r3 = k (0,006)x (0,001)y
Dari percobaan 4 diperoleh : r4 = k (0,006)x (0,002)y
Jika pecobaan 3 dan 4 dibandingkan maka akan didapatkan
Sehingga hukum laju reaksinya menjadi :
r = k [H2] [NO]2
Untuk menentukan harga k dapat dengan cara menghitung salah satu percobaan,
Nilai k dihitung dengan menggunakan percobaan 1
r1 = k [H2] [NO]2
0,0030 = k (0,001)
(0,006)2
Dapat disimpulkan bahwa orde reaksi totalnya adalah
x + y = 1 + 2 = 3
Berikut kurva orde reaksi dalam bentuk grafik
Gambar 1. Kurva konsentrasi terhadap laju reaksi orde ke- 0
Gambar 2. Kurva konsentrasi terhadap laju reaksi orde ke- 1
Gambar 3. Kurva konsentrasi terhadap laju reaksi orde ke- 2
Catatan :
1. Hukum
Laju reaksi dhanya dapat ditentukan melalui percobaan
2. Tingkat
reaksi (orde reaksi) merupakan pangkat dari konsentrasi awal pereaksi, bukan
dari hasil reaksi
3. Tingkat reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisen persamaan reaksi
Contoh soal :
Berikut adalah tabel data laju reaksi :
2NO(g) + Br2(g) → 2NOBr(g)
Rumus laju reaksinya adalah...
a. 𝑣 = k [NO] [Br2]
b. 𝑣 = k [NO]2 [Br2]2
c. 𝑣 = k [NO]2 [Br2]
d. 𝑣 = k [NO]2
e. 𝑣 = k [NO] [Br2]2
Pembahasan :
Persamaan laju reaksi :
𝑣
= k [NO]x . [Br2]y
a. Menentukan orde reaksi gas NO
Perc.
1 dan 4
b. Menentukan
orde reaksi gas Br2
Perc.
1 dan 2
Sehingga persamaan menjadi :
𝑣
= k [NO]2 . [Br2]1
Video 2. Cara Menuliskan Persamaan Hukum Laju Reaksi
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Reaksi yang terjadi ada yang terjadi dengan cepat misalnya reaksi yang terjadi pada kembang api yang dibakar, ada juga reaksi yang berlangsung secara lambat misalnya proses perkaratan pada besi dan memudarnya warna pada baju. Reaksi tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempngaruhi laju reaksi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Luas
Permukaan
Luas permukaan sentuh memiliki
peranan yang sangat penting dalam proses tumbukan antar partikel, sehingga semakin
besar luas pemukaan sentuh menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga,
apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan
yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.
Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin
halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk bereaksi.
Sebagai contoh, gula halus akan
lebih cepat larut ke dalam air daripada gula batu atau gula kasar, karena benda
dengan bentuk butiran lebih luas bidang sentuhnya sehingga kemungkinan tumbukan antar
partikel semakin besar.
2. Konsentrasi
Persamaan laju reaksi didefinisikan
dalam bentuk konsentrasi reaktan oleh sebab itu dengan naiknya konsentrasi pereaksi
maka laju reaksinyapun akan semakin cepat. Semakin tinggi konsentrasi, maka
semakin banyak molekul pereaksi yang tersedia, dan kemungkinan untuk bertumbukan
antar partikel akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Jadi semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat pula laju reaksinya.
Seperti pada percobaan hukum laju
reaksi pada reaksi orde nol konsentrasi tidak langsung berpengaruh pada laju
reaksi. Untuk reaksi orde pertama (orde-1) pada percobaan 1 dan 2 laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi awal pereaksi, jika konsentrasi dinaikkan
dua kali maka laju reaksi akan meningkat dua kali lebih cepat. Sedangkan pada reaksi
orde kedua (orde-2) di percobaan 3 dan 4, laju reaksi berbanding dengan kuadrat
konsentrasi awal pereaksi, jika konsentrasi awal dinaikkan dua kali maka laju
reaksi akan meningkat empat kali lebih cepat.
3. Suhu (Temperatur)
Suhu pada suatu reaksi yang sedang berlangsung dinaikkan, akan menyebabkan partikel
semakin aktif bergerak sehingga tumbukan
yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju
reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel
semakin tidak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
Sebagai contoh, pada reaksi chemiluminescence, apabila glow stick dimasukkan ke dalam air
panas maka cahayanya akan menyala lebih terang dibandingkan dengan cahaya pada glow stick yang dimasukkan
ke dalam air dingin.
4. Katalis
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat
dipercepat dengan menambahkan suatu zat ke dalamnya, akan tetapi zat tersebut
tidak ikut bereaksi. Katalis adalah zat yang
dapat mempercepat laju reaksi, tanpa terkonsumsi di dalam reaksi tersebut.
Katalis menyediakan alternatif jalur reaksi dengan energi aktivasi yang lebih
rendah dibanding jalur reaksi tanpa katalis sehingga reaksinya menjadi semakin
cepat.
Contoh pada reaksi peruraian
hidrogen peroksida (H2O2) seperti pada reaksi berikut
2H2O2(g) → H2O(l) + O2(g)
Reaksi peruarain hidrogen
peroksida berlangsung secara spontan dan lambat. Jika pada reaksi tersebut
ditambahkan larutan FeCl3 (ion Fe3+) maka reaksi
peruaraian akan berlangsung cepat. Pada akhir reaksi tidak terjadi perubahan
warna menandakan bahwa ion Fe3+ tidak ikut bereaksi.
2H2O2(g) → H2O(l) + O2(g)
Fe3+
D. Teori Tumbukan
Berdasarkan pada percobaan-percobaan bahwa laju
reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah luas permukaan
bidang sentuh, konsentrasi, suhu dan katalis. Mengapa faktor-faktor tersebut
dapat mempercepat laju reaksi, hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
teori tumbukan.
Partikel-partikel yang terdapat dalam zat yang
berwujud gas, cair atau larutan selalu bergerak secara acak. Pergerakan yang
acak ini akan mengakibatkan terjadinya tumbukan antar partikel. Tumbukan antar
partikel ini akan menghasilkan energi yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi.
1. Teori
tumbukan dan Luas permukaan Sentuh
Semakin luas permukaan sentuh suatu zat semakin
banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antar partikel pada zat pereaksi.
Semakin banyak tumbukan yang terjadi mengakibatkan semakin besarnya energi yang
dihasilkan sehingga semakin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi. Oleh
sebab itu laju reaksi dapat meningkat lebih cepat.
2. Teori
tumbukan dan Konsentrasi awal pereaksi
Semakin besar konsentrasi awal zat pereaksi maka
jumlah partikel pereaksi akan semakin banyak, mengakibatkan semakin besarnya
peluang untuk terjadi tumbukan antara partikel zat peraksi. Semakin besar
peluang tumbukan antara partikel menyebabkan semakin cepatnya laju reaksi,
karena menghasilkan energi tumbukan semakin besar.
3. Teori
tumbukan dan Suhu
Pada suhu tinggi partikel-partikel yang terdapat
dalam suatu zat akan bergerak secara acak dan lebih cepat. Apabila
partikel-partikel bergerak lebih cepat maka energi kinetik yang dihasilkan partikel
yang bergerak akan semakin besar, sehingga energi kemungkinan tumbukan pun akan
semakin besar. Oleh sebab itu apabila suhu dinaikkan maka laju reaksi pun akan
semakin cepat.
4. Energi
aktivasi dan Katalis
Energi minimal yang diperlukan untuk berlangsungnya
suatu reaksi disebut energi pengaktifan atau energi aktivasi. Setiap reaksi
mempunyai energi aktivasi berbeda-beda. Jika reaksi aktivasi reaksi rendah maka
reaksi akan lebih mudah terjadi. Sehingga semakin rendah energi aktivasi maka
semakin mudah reaksi berlangsung.
Untuk reaksi eksoterm (reaksi yang menghasilkan kalor) ada energi yang menghalangi sebesar energi aktivasi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa pada reaksi eksoterm yang melepaskan kalor, tetap dibutuhkan enegi aktivasi untuk memicu terjadinya reaksi.
Begitupun halnya dengan dengan reaksi endoterm yang membutuhkan kalor, dibutuhkan energi aktivasi untuk mencapai kondisi transisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar