PENDIDIKAN GURU
PENGGERAK ANGKATAN 11
Video 1.1 Bermain peran Segitiga Restitusi dengan Murid
KASUS 1
..........................................................................................................................................
A. SKENARIO (GURU)
Bu Mawar adalah Guru di SMA Merdeka Bangsa, beliau mengampu mata pelajaran Biologi di kelas XI dan setiap hari Senin mendapatkan tugas tambahan dari kepala sekolah sebagai guru piket. Pada saat bu Mawar sedang bertugas, beliau mendapati Nanda, kelas XI C.1, datang terlambat setelah pintu gerbang sekolah ditutup dan terkunci. Dengan setengah berlari Nanda menghampiri bu Mawar yang sedang bersiap-siap meninggalkan pintu gerbang untuk mengamati dan memantau jalannya upacara dari arah belakang.
Dengan terengah-engah Nanda memanggil bu Mawar dan
meminta tolong kepada bu Mawar untuk mengizinkan dirinya masuk dan mengikuti
jalannya upacara bendera hari Senin. Bu Mawar mendapatkan informasi dari
penjaga keamanan sekolah bahwa beberapa hari lalu Nanda sering datang terlambat
dan namanya tercatat di buku siswa terlambat sebanyak dua kali. Bu Mawar mengizinkan
Nanda masuk, dan berbaris terpisah di belakang para peserata upacara. Bu Mawar
khawatir menggangu hikmat jalannya upacara apabila disatukan berbaris dengan temannya
yang lain. Bu Mawar pun melaporkan hal ini kepada wali kelas Nanda, yaitu bu
Gita.
Nilai Kebajikan : 1. Disiplin
2. Tanggung Jawab
SKENARIO (GURU) / PERCAKAPAN
Di Taman Baca Sekolah, Bu Gita dan Nanda berbicara dengan santai
Langkah 1 (Menstabilkan Identitas)
Nanda : “Assalaamualaikum bu Gita.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam Nanda, silakan duduk.”
(bu Gita mempersilakan Nanda duduk di sampingnya, sambil membetulkan posisi
duduknya)
Nanda : “Maaf Bu, Ibu memanggil saya?”
Guru : “Iya betul, bagaimana, perasaannya hari ini?”
Nanda : “Alhamdulillah senang Bu.”
Guru : “Ibu dengar dari bu Mawar beberapa hari lalu Nanda terlambat ya, termasuk hari ini?”
Nanda : “Iya Bu, saya datang terlambat sudah tiga
kali dengan hari ini.” (Nanda menunduk tidak berani menatap bu Gita)
Guru : “Nanda, semua orang pernah melakukan kesalahan termasuk ibu juga, karena kita manusia bukan mahluk yang sempurna dan tak luput dari salah.” (bu Gita merubah posisi duduknya agak menghadap kearah Nanda yang masih menunduk)
“Ibu
tidak akan mencari siapa yang salah dalam hal ini, tetapi ibu mengajak Nanda
untuk bersama-sama kita mencari solusinya supaya Nanda tidak terlambat lagi.”
(bu Gita berusaha membangun percaya diri Nanda dan menstabilkan identitasnya)
Nanda : “Baik Bu.” (Nanda mengangguk sambil
memandang bu Gita)
Langkah 2 (Memvalidasi Tindakan)
Guru : “Boleh ibu tahu mengapa Nanda datang
terlambat?”
Nanda : “Saya bangunnya kesiangan Bu.” (Nanda
menatap bu Gita sesaat, kemudian menunduk kembali)
Guru : “Mengapa bangunnya kesiangan, sementara hari-hari
sebelumnya Nanda bisa bangun lebih awal.”
Nanda : ”Kedua orang tua saya sedang dinas ke luar
kota Bu, jadi di rumah hanya ada saya dan si Bibi.”
“Bibi
tidak berani membangunkan saya, dan saya tidurnya agak larut malam Bu karena
saya mengerjakan tugas sekolah dan menulis cerpen.”
Langkah 3 (Menanyakan Keyakinan Kelas)
Guru : “Nanda masih ingat keyakinan kelas kita?”
(bu Gita memegang pundak Nanda dengan lembut)
Nanda : “Masih Bu.” (Nanda mengangguk kemudian menunduk
kembali)
Guru : “Kira-kira yang kamu lakukan ini sudah
sesuai belum dengan keyakinan kelas kita?”
Nanda : “Belum Bu.” (Nanda menatap bu Gita dengan
lembut)
Guru : “Keyakinan yang mana?”
Nanda : “Kedisiplinan Bu.”
Guru : “Iya betul, ternyata Nanda tahu.”
“Lalu,
apakah Nanda punya solusi agar tidak datang terlambat lagi?”
Nanda : “Iya Bu.” (Nanda tertegun sejenak)
“Pertama, saya akan meminta maaf kepada bu Mawar karena saya datang
terlambat, kemudian yang kedua saya akan tidur lebih awal dan mengatur waktu
menulis cerpen serta mengerjakan tugas sekolah, dan yang ketiga insya Allah
saya akan selalu datang tepat waktu dan lebih awal.”
Guru : “Baik, terima kasih Nanda. Ibu apresiasi
untuk tanggung jawab mu dan kesadarannya, sekarang silakan kembali ke
kelasnya.”
Nanda : “Baik Bu, terima kasih.” (Nanda berdiri
dan mencium tangan bu Gita)
B. SKENARIO (MURID)
Nanda adalah murid di SMA Merdeka Bangsa kelas XI C.1. Senin pagi Nanda bangun pada pukul 06.30 WIB. Nanda kaget saat melihat jam weker di meja samping tempat tidurnya, ia pun langsung bergegas ke kamar mandi dan kebetulan karena sedang berhalangan sehingga Nanda tidak melaksanakan sholat subuh. Setelah bersih-bersih, Nanda siap berangkat pukul 06.50 WIB, sementara lamanya waktu perajalanan yang biasa dia tempuh adalah 20 menit bila kondisi lalu lintas tidak padat. Nanda segera memesan ojek online untuk mengantarkannya ke sekolah. Sesampainya di sekolah pukul 07.15 WIB karena kondisi jalanan agak macet. Nanda mendapati pintu gerbang sudah terkunci, dan dia melihat bu Mawar bersiap meninggalkan lokasi di pintu gerbang yang biasanya beliau menyambut murid-murid di hari Senin.
Nanda berlari menghampiri pintu gerbang sambil memanggil bu Mawar kemudian memohon untuk mengizinkannya masuk dan mengikuti upacara bendera pada hari Senin. Bu Mawar mengizinkan Nanda masuk. Dan Nanda bisa mengikuti upacara bendera walau di barisan yang terpisah. Saat Istirahat Nanda dipanggil oleh bu Gita, wali kelasnya.
SKENARIO (MURID) / PERCAKAPAN
Di Taman Baca Sekolah, Bu Gita dan Nanda berbicara dengan santai
SCENE SATU
Nanda : “Assalaamualaikum bu Gita.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam Nanda, silakan duduk.”
(bu Gita mempersilakan Nanda duduk di sampingnya, sambil membetulkan posisi
duduknya)
Nanda : “Maaf Bu, Ibu memanggil saya?”
Guru : “Iya betul, bagaimana perasaannya Nanda hari
ini?”
Nanda : “Alhamdulillah senang Bu.”
Guru : “Ibu dengar dari bu Mawar beberapa hari lalu Nanda terlambat ya, termasuk hari ini?”
Nanda : “Iya Bu, saya datang terlambat sudah tiga
kali dengan hari ini.” (Nanda menunduk tidak berani menatap bu Gita)
Guru : “ Nanda, semua orang pernah melakukan
kesalahan termasuk ibu juga, karena kita manusia bukan mahluk yang sempurna dan
tak luput dari salah.” (bu Gita merubah posisi duduknya agak menghadap
kearah Nanda yang masih menunduk)
“Ibu
tidak akan mencari siapa yang salah dalam hal ini, tetapi ibu mengajak Nanda
untuk bersama-sama kita mencari solusinya supaya Nanda tidak terlambat lagi.”
(bu Gita berusaha membangun percaya diri Nanda dan menstabilkan identitasnya)
Nanda : “Baik Bu.” (Nanda mengangguk sambil
memandang bu Gita)
SCENE DUA
Guru : “Boleh ibu tahu mengapa Nanda datang
terlambat?”
Nanda : “Saya bangunnya kesiangan Bu.” (Nanda
menatap bu Gita sesaat, kemudian menunduk kembali)
Guru : “Mengapa bangunnya kesiangan, sementara
hari-hari sebelumnya Nanda bisa bangun lebih awal.”
Nanda : ”Kedua orang tua saya sedang dinas ke luar
kota Bu, jadi di rumah hanya ada saya dan si Bibi.”
“Bibi
tidak berani membangunkan saya, dan saya tidurnya agak larut malam Bu karena
saya mengerjakan tugas sekolah dan menulis cerpen.”
SCENE TIGA
Guru : “Nanda masih ingat keyakinan kelas kita?”
(bu Gita memegang pundak Nanda dengan lembut)
Nanda : “Masih Bu.” (Nanda mengangguk kemudian
menunduk kembali)
Guru : “Kira-kira yang kamu lakukan ini sudah
sesuai belum dengan keyakinan kelas kita?”
Nanda : “Belum Bu.” (Nanda menatap bu Gita dengan
lembut)
Guru : “Keyakinan yang mana?”
Nanda : “Kedisiplinan Bu.”
Guru : “Iya betul, ternyata Nanda tahu.”
“Lalu,
apakah Nanda punya solusi agar tidak datang terlambat lagi?”
Nanda : “Iya Bu.” (Nanda tertegun sejenak)
“Pertama, saya akan meminta maaf kepada bu
Mawar karena saya datang terlambat, kemudian yang kedua saya akan tidur lebih
awal dan mengatur waktu menulis cerpen serta mengerjakan tugas sekolah, dan
yang ketiga insya Allah saya akan selalu datang tepat waktu dan lebih awal.”
Guru : “Baik, terima kasih Nanda. Ibu apresiasi
untuk tanggung jawabmu dan kesadarannya, sekarang silakan kembali ke kelasnya.”
Nanda : “Baik Bu, terima kasih.” (Nanda berdiri
dan mencium tangan bu Gita)
KASUS 2
...........................................................................................................................................
A. SKENARIO (GURU)
Pak Raka adalah Guru Sosiologi di kelas X.1 SMA Mulia Bangsa. Pada saat pembelajaran Sosiologi pak Raka meminta murid-muridnya untuk mengumpulkan tugas mandiri yang diberikannya pekan lalu. Setelah murid-murid mengumpulkan tugasnya di meja guru, pak Raka menanyakan kepada semua murid, “apakah semuanya sudah mengumpulkan tugas?”. Murid-murid kelas X.1 menjawab dengan spontan secara bersama dan kompak, “sudah Pak.” Setelah mengajar di kelas X.1 pak Raka langsung menuju ke ruang guru untuk memeriksa dan menilai penugasan tersebut.
Pak Raka kaget, setelah semua diperiksa dan dinilai,
ternyata ada satu nama yang belum ada nilainya sementara buku penugasan sudah
semua diperiksa. Sementara saat pak Raka mengabsen murid di kelas, semuanya
hadir. Ternyata Kirana tidak mengumpulkan tugasnya. Dan pak Raka kecewa karena
Kirana sudah berbohong dan tidak mengumpulkan tugasnya, beliau pun menceritakan
peristiwa tersebut kepada bu Rini sebagai walikelasnya. Pak Raka minta tolong
kepada bu Rini untuk menjembatani permasalahan tersebut dan menanganinya.
Nilai Kebajikannya : 1. Tanggung jawab
2.
Kejujuran
SKENARIO (GURU) / PERCAKAPAN
Di sebuah ruangan bu Rini berbicara dengan Kirana
Langkah 1 (Menstabilkan Identitas)
Kirana : “Assalaamualaikum Bu.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam,
Kirana.”
“Silakan duduk Kirana.” (bu Rini
mempersilakan Kirana duduk di kursi yang ada di hadapannya)
Kirana : “Baik, Bu.” (Kirana duduk di kursi yang
ditunjuk oleh bu Rini)
Guru : ”Kirana
tahu mengapa kamu ibu panggil?”
Kirana : “Iya Bu, mungkin berkaitan dengan tugas mata
pelajaran Sosiologi, tadi pak Raka menyampaikan kekecewaannya kepada saya.”
(Kirana menundukkan pandangannya dari tatapan bu Rini)
Guru : “Pak
Raka bilang apa?”
Kirana : “Pak Raka menanyakan tentang tugas saya
tidak ada di dalam kumpulan tugas murid yang lain dan saya tidak jujur saat
ditanya di dalam kelas.”
Guru “Kirana, semua orang pernah
berbuat salah, begitupun Ibu, juga pak Raka. Hal ini wajar karena tidak ada
manusia yang sempurna.”
“Dan setiap tindakan yang kita lakukan pasti ada
alasannya.”
Kirana : “Iya Bu.” (Kirana mengangguk sembari
menatap bu Rini sejenak)
Langkah 2 (Memvalidasi Tindakan)
Guru : “Kirana
pasti punya alasan.” (bu Rini diam sejenak)
“Kenapa
tidak mengumpulkan tugas mata pelajaran Sosiologi?”
Kirana : “Iya Bu, saya belum selesai mengerjakannya,
semalam saya kelelahan sehingga tidur cepat.” (Kirana menjawab dengan nada
penyesalan)
Guru : “Mengapa
Kirana tidak mengangkat tangan untuk mengakui kalau belum mengumpulkan tugas saat
ditanya pak Raka?”
Kirana : “Saya malu dengan teman-teman yang lain,
Bu.”
Langkah 3 (Menanyakan Keyakinan Kelas)
Guru : “Kirana
masih ingat dengan keyakinan kelas kita?”
Kirana : “Masih Bu.” (Kirana menatap bu Rini)
Guru : “Kira-kira
yang Kirana lakukan ini sudah sesuai dengan keyakinan kelas kita belum?”
Kirana : “Belum Bu.”
Guru : “Keyakinan
yang mana?”
Kirana : “Selalu bertanggung jawab dan bersifat jujur,
Bu.”
Guru : “Iya
betul, Kirana tahu itu.”
“Apakah
Kirana punya solusi dalam menyelesaikan masalah ini?”
Kirana : “Iya Bu” (Kirana menegakkan badannya dan
menatap yakin kepada bu Rini)
“Pertama
saya akan meminta maaf kepada pak Raka, karena sudah mengecewakannya. kemudian
saya akan segera menyelesaikan tugas pelajaran Sosiologi dan langsung
mengumpulkannya. Dan yang ketiga saya akan mengatur waktu belajar saya.”
Guru : “Baik,
terima kasih. Ibu mengapresiasi Kirana mau bertanggung jawab.” (bu Rini menatap Kirana sambil tersenyum)
“Sekarang Kirana boleh kembali ke kelas untuk
melanjutkan istirahat.”
Kirana : “Baik Bu, terima kasih. Saya permisi.” (Kirana
berdiri dan mencium tangan bu Rini)
“Assalaamualaikum.” (Kirana melepaskan
tangannya dan kemudian berlalu dari hadapan bu Rini yang juga sudah berdiri)
Guru : “Wa’alaikumussalaam.”
(bu Rini beranjak dari duduknya)
B. SKENARIO (MURID)
Kirana adalah murid kelas X.1 di SMA Mulia Bangsa. Pada
saat pembelajaran Sosiologi pak Raka meminta murid-muridnya untuk mengumpulkan
tugas mandiri yang diberikannya pekan lalu. Kirana belum menyelesaikan tugas
pelajaran Sosiologi, karena semalam Kirana kelelahan sehingga tidur lebih awal.
Setelah murid-murid mengumpulkan tugasnya di meja guru,
pak Raka menanyakan kepada semua murid, “apakah semuanya sudah mengumpulkan
tugas?”. Murid-murid kelas X.1 menjawab dengan spontan secara bersama dan
kompak, “sudah Pak.” Kirana diam saja dan tidak berani untuk mengakui bahwa
dirinya belum mengumpulkan tugas. Pada saat istirahat pertama Kirana menemui
pak Raka yang sedang duduk di koridor sekolah. Dan pak Raka menyampaikan
kekecewaannya kepada Kirana.
SKENARIO (MURID)
Di sebuah ruangan bu Rini berbicara dengan Kirana
SCENE SATU
Kirana : “Assalaamualaikum
Bu.”
Guru : “Wa’alaikumussalaam, Kirana.”
“Silakan duduk Kirana.” (bu Rini
mempersilakan Kirana duduk di kursi yang ada di hadapannya)
Kirana : “Baik,
Bu.” (Kirana duduk di kursi yang ditunjuk oleh bu Rini)
Guru : ”Kirana tahu mengapa kamu ibu panggil?”
Kirana : “Iya
Bu, mungkin berkaitan dengan tugas mata pelajaran Sosiologi, tadi pak Raka
menyampaikan kekecewaannya kepada saya.” (Kirana menundukkan pandangannya
dari tatapan bu Rini)
Guru : “Pak Raka bilang apa?”
Kirana : “Pak
Raka menanyakan tentang tugas saya tidak ada di dalam kumpulan tugas murid yang
lain dan saya tidak jujur saat ditanya di dalam kelas.”
Guru : “Kirana,
semua orang pernah berbuat salah, begitupun Ibu, juga pak Raka. Hal ini wajar
karena tidak ada manusia yang sempurna.”
“Dan setiap tindakan yang kita lakukan pasti ada
alasannya.”
Kirana : “Iya
Bu.” (Kirana mengangguk sembari menatap bu Rini sejenak)
SCENE DUA
Guru : “Kirana pasti punya alasan.” (bu Rini diam
sejenak)
“Kenapa
tidak mengumpulkan tugas mata pelajaran Sosiologi?”
Kirana : “Iya
Bu, saya belum selesai mengerjakannya, semalam saya kelelahan sehingga tidur
cepat.” (Kirana menjawab dengan nada penyesalan)
Guru : “Mengapa Kirana tidak mengangkat tangan untuk
mengakui kalau belum mengumpulkan tugas saat ditanya pak Raka?”
Kirana : “Saya
malu dengan teman-teman yang lain, Bu.”
SCENE TIGA
Guru : “Kirana masih ingat dengan keyakinan kelas
kita?”
Kirana : “Masih
Bu.” (Kirana menatap bu Rini)
Guru : “Kira-kira yang Kirana lakukan ini sudah sesuai
dengan keyakinan kelas kita belum?”
Kirana : “Belum
Bu.”
Guru : “Keyakinan yang mana?”
Kirana : “Selalu
bertanggung jawab dan bersifat jujur, Bu.”
Guru : “Iya betul, Kirana tahu itu.”
“Apakah
Kirana punya solusi dalam menyelesaikan masalah ini?”
Kirana : “Iya
Bu” (Kirana menegakkan badannya dan menatap yakin kepada bu Rini)
“Pertama
saya akan meminta maaf kepada pak Raka, karena sudah mengecewakannya. kemudian
saya akan segera menyelesaikan tugas pelajaran Sosiologi dan langsung
mengumpulkannya. Dan yang ketiga saya akan mengatur waktu belajar saya.”
Guru : “Baik, terima kasih. Ibu mengapresiasi
Kirana mau bertanggung jawab.” (bu Rini menatap Kirana sambil
tersenyum)
“Sekarang Kirana boleh kembali ke kelas untuk
melanjutkan istirahat.”
Kirana : “Baik
Bu, terima kasih. Saya permisi.” (Kirana berdiri dan mencium tangan bu
Rini)
“Assalaamualaikum.” (Kirana melepaskan
tangannya dan kemudian berlalu dari hadapan bu Rini yang juga sudah berdiri)
Guru : “Wa’alaikumussalaam.” (bu Rini beranjak dari
duduknya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar