Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng
PUNCAK SIKUNIR, DATARAN TINGGI DIENG

Selasa, 25 Oktober 2022

TAHAPAN MENULIS CERPEN _ KELAS CERPEN P5


    Pembelajaran 2 

    TAHAPAN MENULIS CERPEN

    CERPEN 

    Apa itu cerpen? Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen memiliki berbagai ciri-ciri spesifik yang membedakannya dari berbagai karya tulis lainnya. Ada berbagai ciri-ciri cerpen yang mengidentifikasikan sebuah cerita sebagai cerita pendek atau cerpen

    Ciri-ciri dari cerpen
    • Ceritanya Fiktif
    • Fokus pada satu cerita, satu konflik dan satu klimaks
    • Peristiwa disajikan dengan cermat dan cerdas
    • Masalahnya terbatas hanya pada satu alur cerita
    • Ceritanya pendek dan singkat
    • Penokohannya sederhana, hanya 1 - 3 tokoh
    • Menggunakan bahasa yang tajam, sugestif dan provokatif


    "Mulailah menulis dari gambaran besar cerita yang ada di benakmu"

    LANGKAH-LANGKAH MENULIS CERPEN 

    1.     Tentukan Tema Cerita


    Tema ini yang nantinya akan menjadi pembahasan utama atau gagasan pokok dalam cerita buatanmu. 

    Dengan menentukan tema, semua bagian cerita, seperti alur, latar, dan penokohan, akan menjadi padu. Selain itu, menentukan tema juga menjadi panduan kamu dalam proses penulisan agar cerita tidak melenceng dan memiliki pembahasan yang jelas.

    Tema merupakan ruh dalam sebuah tulisan. Jadi, supaya cerita bisa hidup dan terarah tentukan lebih awal tema cerita kita.

    Contoh Tema :
    • Persahabatan 
    • Percintaan 
    • Keluarga 
    • Lingkungan
    • Kesehatan
    • Sekolah
    • dan lain-lain

    2.     Menentukan Genre Cerita


    Setelah menentukan tema kamu juga harus menentukan genre. Dengan menentukan genre, kamu menjadi tahu suasana jenis apa yang akan kamu kembangkan dalam cerita.

    Beberapa genre yang populer pada cerita pendek yaitu  

    • Romansa atau Romance
    Genre ini berfokus pada kisah pencarian kebahagiaan seorang wanita dan pria melalui hubungan asmara. Ada dua elemen dasar yang menjadi ciri khas genre romansa, yaitu satu kisah asmara sebagai pusat seluruh cerita dan ending yang memuaskan/ending bahagia bagi para protagonisnya.
    • Science fiction
    Dalam sains fiksi, penulis menggunakan  elemen imajinatif yang masih memungkinkan untuk terjadi dalam koridor dan hukum-hukum sains dan alam untuk penggerak plot cerita. 
    • Fantasy
    Sedangkan dalam fantasi, penulis menggunakan elemen-elemen supernatural seperti sihir, makhluk-makhluk ajaib (Naga atau Dewa-Dewi sebagai penggerak utama plot cerita).
    • Horror
    Cerpen-cerpen bergenre horor biasanya memiliki tujuan untuk menimbulkan rasa ngeri, tidak nyaman, atau bahkan menakuti pembacanya. Efek rasa ngeri dan menakuti ini sangat dominan dalam cerpen horor.
    • History
    Cerita fiksi sejarah selalu berakar pada fakta dan membuat sindiran terhadap peristiwa-peristiwa aktual di masa lalu. Hal ini penting bagi seorang penulis fiksi sejarah untuk mengerti sejarah dengan baik.
    • Humor
    Jenis cerita ini biasanya menceritakan kisah yang ringan. Gaya penceritaannya pun santai dan diiringi komedi
    • Detektif

    Genre detektif berpusat pada aktivitas pemecahan suatu masalah kejahatan, biasanya pembunuhan. Sedangkan genre cerpen bertajuk kriminal (crime-fiction) biasanya diceritakan dari sudut pandang pelaku kejahatan. Dari kemiripan genre ini, dapat dikelompokkan menjadi satu yang biasa dikenal dengan Thriller.

    • Fantasi
    Genre ini secara garis besarnya tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Terkadang genre fantasi ditandai dengan sihir, dunia ajaib, dan mahluk di luar manusia. Namun dewasa ini fantasi sudah semakin berkembang dan meluas tidak melulu bercerita tentang sihir.

     

    3.     Tentukan Sudut Pandang

    POV (SUDUT PANDANG / POINT of VIEW)

    Sederhananya, sudut pandang berhubungan dengan siapa yang menceritakan kisah dalam cerpen tersebut. Sudut pandang yang dipilih oleh pengarang akan menentukan gaya dan corak cerita.

    Mengutip buku Mengenali dan Menuliskan Ide Menjadi Cerpen oleh I Wayan Kerti (2020), sudut pandang memegang pernan penting akan kejadian yang akan disajikan dalam cerpen, menyangkut masalah apa yang akan membawa pembaca untuk lebih masuk lagi ke dalam cerita.

    a.     Sudut Pandang Orang Pertama (PoV 1)

    Sudut orang pertama adalah sudut pandang yang menggunakan kata ganti orang pertama, yaitu “aku”, “saya”, atau “kami”. Dan penulis bertindak sebagai pelaku atau peran utamanya sekaligus sebagai narator. Lewat sudut pandang ini, pembaca akan dibuat seolah-olah ikut menjadi tokoh dalam cerpen.  

    Catatan: 

    PoV 1 ini adalah sudut pandang di mana segala hal terkait pikiran, perasaan, tingkah laku, atau kejadian yang tokoh “aku” lakukan akan digambarkan pada cerita tersebut. Jika ada tokoh lain selain “aku”, maka akan diceritakan sebatas keterkaitan dengan tokoh “aku”.

    Contoh:

    Aku sedang mengamati lemari jam yang berdiri kaku di pojok ruangan. Ukiran jati ini bertuliskan huruf Jawa kuno menjadi saksi bisu kelahiranku. Di tempat ini, 20 tahun lalu aku dilahirkan.


    b.    Sudut Pandang Orang Ketiga (PoV 3)

    Pada sudut pandang orang ketiga, kata ganti yang digunakan adalah “dia”, “ia”, “mereka” atau nama tokoh yang diceritakan. Ada dua jenis sudut pandang orang ketiga, yaitu:
    Catatan:

    PoV 3 adalah sudut pandang penulis bertindak sebagai narator dan tidak terlibat dengan tokoh utama, sudut pandang ini memungkinkan penulis untuk menceritakan watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang dari suatu peristiwa. 

    Contoh:

    Sudah 6 bulan ini Naomi terjun ke dunia tarik suara. Ayah dan ibunya tidak ada yang merestui jalur karier yang ia geluti. Ia sampai beradu argumen dengan sang ayah yang memang memiliki watak keras. Keduanya sempat bersitegang sebelum akhirnya dipisahkan oleh sang iu dengan air mata.

    c.     Sudut Pandang Campuran (PoV 1 dan PoV 3)

    Merupakan sudut pandang gabungan sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Ada kalanya pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita dan orang di luar cerita yang serba tahu.  

    Contoh:

    Namaku Wira, aku terlahir di keluarga yang sangat sederhana. Ibuku seorang pedagang kue keliling, sementara ayahku bekerja sebagai buruh pabrik. Kehidupanku berbanding terbalik dengan Dion, yang hidup berkecukupan, bahkan lebih. Dengan segala kemewahan yang ia punya, Dion merasa tidak perlu bekerja lagi untuk menghidupi keluarganya. Meski begitu, aku tetap merasa bersyukur akan kehidupan yang kujalani bersama keluargaku. 


    4.     Tentukan Tokoh dan Karakter


    Ada beberapa pengertian mengenai karakter tokoh menurut beberapa ahli. Menurut Kosasih (2012:67), pengertian karakter tokoh adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

    Menurut Zaidan (2004:206), karakter tokoh adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Selanjutnya, Sugiarti (2007:94) memiliki pandangan bahwa perwatakan atau karakter tokoh adalah pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita.  

    Jumlah tokoh pada cerpen-cerpen sangat sedikit. Yaitu hanya tokoh-tokoh utamanya saja. Di antaranya adalah tokoh protagonis, antagonis, serta beberapa figuran atau tokoh pendukung lainnya  

    Pengungkapan karakter tokoh dalam cerita harus logis. Pengarang harus dapat menciptakan gambaran yang tepat untuk watak orang yang ditampilkan. Berawal dari penciptaan karakter inilah jalan cerita akan terbentuk.


    a.    PROTAGONIS

    Protagonis adalah jenis-jenis karakter tokoh yang paling disoroti di dalam jalannya atau alur cerita. Biasanya tokoh protagonis ini digambarkan memiliki watak dan sifat yang baik dan juga bersifat positif. Sehingga tokoh protagonis ini banyak disukai oleh penonton atau pembaca karya sastra.

    Selain itu, tokoh protagonis juga biasanya digambarkan memiliki sifat yang rendah hati, sabar, tidak sombong, jujur, setia, suka menolong, dan sifat baik lainnya. Biasanya, tokoh protagonis ini menjadi tokoh utama sehingga menjadi perhatian di dalam jalannya cerita tersebut.


    b.    ANTAGONIS

    Antagonis adalah karakter atau situasi yang menjadi penghalang tokoh protagonis untuk mencapai tujuan utamanya. 

    Tokoh antagonis ini adalah tokoh yang kontras dengan tokoh protagonis. Di mana tokoh antagonis ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki watak atau sifat yang buruk dan biasanya menjadi musuh atau memusuhi tokoh protagonis.

    Tokoh antagonis juga bisa disebut sebagai tokoh yang menentang cerita karena tokoh antagonis ini sering digambarkan sebagai sosok tokoh yang memiliki sifat negatif, yaitu memiliki dendam, pembohong, jahat, sombong, penipu, kasar, tidak bersahabat, suka membuat masalah, dan berbagai sikap buruk lainnya.

    Tokoh antagonis ini biasanya dibenci oleh penonton atau pembaca cerita karena sifatnya yang dinilai merugikan atau menyebalkan. Meski demikian, biasanya penulis sengaja memberikan  porsi yang cukup banyak bagi tokoh antagonis ini sehingga semakin membuat pembaca atau penonton jengkel tetapi tetap menyita perhatian penonton atau pembaca.

    Antagonis bisa berupa manusia, bencana, musibah, wabah penyakit dan lain-lain.


    Menciptakan Karakter Tokoh 

    Gambarkan tokoh kamu dengan detail. Dari mulai latar belakang sosialnya, budaya dan ekonomi. Untuk penggambaran tokoh bisa dengan cara membuat bio data tokoh yang akan kita ciptakan.  

    Biodata ini bukan untuk ditulis di cerpen kita, tapi di coretan. Gunanya supaya kita tidak lupa dengan karakter tokoh kita. 

     

    5.     Latar Cerita


    Dikutip dari buku Pengkajian Prosa Fiksi (Edisi Revisi) (2017) karya Andri Wicaksono, latar adalah bagian cerita atau landas tumpu yang mengacu pada masalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa, serta lingkungan sosial yang digambarkan untuk menghidupkan peristiwa. Latar juga bisa diartikan sebagai gambaran situasi mengenai peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita.

    Latar atau setting merupakan tempat kejadian peristiwa dalam cerpen tersebut. Setting juga berkaitan dengan waktu dan suasana. Jadi, dapat dipahami bahwa latar menjadi dasar dalam peristiwa secara keseluruhan.

    Kesimpulannya, ada lima fungsi latar cerita, yaitu: 
    • Meyakinkan pembaca terhadap jalannya cerita  
    • Menghidupkan cerita  
    • Memberi konteks terhadap peristiwa yang sedang terjadi dan dialami tokoh  
    • Pemberi informasi mengenai ruang dan tempat  
    • Proyeksi keadaan batin para tokoh cerita.

    6.     Tentukan Alur/plot dalam cerita


    Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat dan disusun secara kronologis. Peranan alur sangat penting karena alur adalah struktur rangkaian peristiwa yang menggerakkan jalan cerita.


    Tahapan Alur

    • Pengenalan Cerita
    Tahapan ini merupakan pengenalan tokoh-tokoh cerita serta perwatakan, latar, dan lain sebagainya.
    • Pemunculan Konflik
    Pada tahap selanjutnya pembaca diajak masuk pada pengenalan konflik. Dalam tahap ini, terjadi konflik yang merupakan bumbu agar cerita lebih menarik. Konflik-konflik ini melibatkan semua tokoh dan pada tahap ini pula pembaca akan mengenal alur dari cerita yang dibuat.
    • Komplikasi
    Tahap selanjutnya adalah komplikasi atau tahap peningkatan konflik. Pada tahap ini semakin banyak insiden-insiden terjadi. Beberapa konflik pendukung akan terjadi untuk menguatkan konflik utama pada alur cerita.
    • Klimaks
    Klimaks merupakan tahapan puncak dari konflik yang ada. Tahapan ini adalah tahap puncak dari ketegangan yang terjadi mulai dari awal cerita.
    • Resolusi
    Resolusi merupakan pemecahan masalah, tahap ini menunjukan jalan keluar dari setiap konflik yang ada. Teka-teki pada setiap konflik yang terjadi pada awal cerita akan terungkap dalam tahap ini. Seringkali, perwatakan yang asli dari setiap tokoh akan muncul pada tahapan ini.
    • Akhir
    Pada tahap ini adalah bagian akhir cerita, dalam tahap ini semua konflik telah terpecahkan dan cerita telah selesai.

    Tahap penyelesaian merupakan tahap di mana konflik sudah terselesaikan. Sudah tidak ada permasalahan maupun ketegangan antar tokohnya, karena telah menemukan penyelesaiannya.

    Boleh acak sesuai alur yang digunakan


    7.      Amanat penulis

    Amanat adalah sebuah pesan moral dalam sebuah cerita atau karya lainnya yang ingin disampaikan oleh pengarang cerita kepada pada pembacanya. Untuk itu, amanat sering juga disebut dengan pesan dari pengarang untuk membaca. Pesan yang disampaikan biasanya berupa pesan moral. Pesan moral ini umumnya berupa nilai-nilai baik yang biasa dijadikan teladan atau contoh bagi para pembaca. Pada umumnya, pesan atau amanat ini dapat ditelusuri lewat percakapan dari para tokoh dari cerita tokoh tersebut. 

    Pesan moral penulis  harus selalu ada dalam setiap tulisan agar memberikan manfaat dan pembelajaran kepada pembaca atau audiens.


    TEKNIK MENULIS

    Sebagai penulis ada banyak hal yang perlu dipahami dengan baik. Salah satunya tentang teknik menulis. Dalam dunia kepenulisan, umumnya kita mengenal 3 teknik menulis, telling, showing, dan lecturing.

    Telling adalah teknik bercerita yang memberitahukan secara langsung pada pembaca, kita hanya memaparkan dan pembaca hanya membaca. Sedangkan showing menggunakan gambaran yang lebih detail. Dengan maksud agar pembaca dapat membayangkan situasi yang diinginkan oleh penulis.

    Contoh

    TEKNIK SHOWING

    Brakkk!! Walikota menggebrak meja dengan sangat keras. Suara hentakannya memecah keheningan pagi. Semua aparat balaikota anggota gugus tugas Covid-19 yang hadir, terdiam tak bersuara. Wajah mereka pucat pasi, tertunduk ke bawah.

    Sementara itu Walikota berdiri dengan gemetar. Wajahnya memerah. Giginya gemertak. Matanya memelotot, seakan hendak keluar dari kelopaknya. Napasnya tersengal-sengal.

    “Kalian bodoh semua!!!” Walikota berteriak, nyaris histeris.

    Mata merahnya menatap seluruh aparat yang hadir. Satu per satu. Tanpa kecuali. Suara napas Walikota tampak sangat jelas. Terengah-engah tidak beraturan.


    TEKNIK TELLING

    Walikota sangat marah dengan kinerja para aparat yang dinilai sangat lambat mengantisipasi perkembangan Covid-19.  


    Gaya 
    telling bercorak abstrak dan tidak melibatkan pembaca untuk berimajinasi bebas. Pembaca diberikan kesimpulan tentang apa yang diceritakan, tanpa diajak untuk mengolah informasi dalam cerita. Pembaca telah diajak memiliki kesimpulan yang sama dengan penulis.

    Sedangkan gaya showing bersifat lebih konkret, dan secara aktif melibatkan pembaca untuk berimajinasi bebas menggambarkan karakter, sifat, atau kejadian dan peristiwa. Dengan demikian, showing memerlukan lebih banyak kata atau kalimat, dibanding telling.


    Contoh 1

    Gaya telling, 

    “Cenna, gadis muda belia itu, berparas cantik jelita”.

    Gaya showing, 

    “Memiliki bentuk wajah oval, dengan hidung mancung, bibir tipis, alis mata melengkung dan bulu mata lentik, membuat Cenna menjadi wanita yang diidamkan banyak pria. Rambutnya yang berurai sebahu, kulit putih mulus dan tinggi badan ideal, terlihat penampilannya kian sempurna”.

    Dengan gaya telling, penulis telah menyimpulkan, bahwa Cenna adalah gadis yang cantik jelita. Pembaca akan menerima kesimpulan itu tanpa terlibat mengolah informasi dalam benaknya.

    Sementara dengan gaya showing, penulis menggambarkan wajah Cenna secara konkret, dan memindahkan ke alam pikiran pembaca untuk diolah dengan imajinasi bebas. Pembaca akan membayangkan, dan bisa sampai kepada kesimpulan yang sama —bahwa Cenna adalah gadis yang cantik jelita. Pembaca tidak disodorkan sebuah kesimpulan, namun bisa mengambil kesimpulan sendiri.

    Contoh 2

    Gaya telling 

    “Lelaki tua itu terlihat aneh dan mengerikan”.

    Gaya showing  

    ”Tubuh lelaki tua itu sangat tinggi, rambutnya panjang sampai kaki, giginya tajam, seakan semua giginya adalah taring. Matanya merah darah, tatapannya sangat dalam. Tumbuh rambut di seluruh tubuhnya. Tidak seperti manusia pada umumnya”.

    Contoh 3

    Gaya telling

    “Rumah Rudi terbakar sampai ludes”.

    Gaya showing

    “Api menjalar dengan sangat hebat. Lidah api menyala, memerahkan langit malam di atas rumah Rudi. Seluruh penjuru rumah Rudi telah terkepung lautan api, tak ada lagi yang terlihat. Hanya api. Tak ada lagi rumah Rudi”.


    Contoh 4

    Gaya telling, 

    “Aida menangis meraung-raung”.

    Gaya showing,

    “Aida, anak imut umur tiga tahun yang biasanya begitu ceria, kini wajahnya tampak memerah. Air matanya tumpah ruah, deras membasahi pipinya yang lesung. Bukan hanya air mata yang terkuras, namun terdengar pula raungan keras dari mulut mungil bayi imut itu. Suaranya mengiris-iris hati siapapun yang mendengarnya”.

     

    Menurut JW (Jenius Writing) komposisinya adalah 17 % telling, 78% showing, dan 5% adalah twisting. Nah loh! Apa lagi itu? Twisting itu semacam alur kejutan, menyimpang, tetapi cerdas. Sebuah alur yang tidak terduga oleh pembaca.

    Sebagai kesimpulan, sebagai penulis, kita harus berupaya keras agar lebih memperbanyak teknik showing dan memperkecil penggunaan teknik telling. Hindari teknik lecturing. Dengan begitu, pembaca akan benar-benar masuk ke dalam tulisan kita. Terlebih untuk tulisan jenis fiksi.

     

    OUTLINE / KERANGKA CERITA

    Kerangka karangan adalah sebuah konsep yang berisi mengenai garis besar atau poin utama dari sebuah tema untuk dijadikan karya tulis yang disusun dengan runtut, logis, spesifik, terukur dan sistematis. 

    • Perkenalan

      1. Tokoh yang bernama Jajang Wibowo kerjaanya hanya menjadi pendengar yang baik pada sahabatnya Gunawan.
      2. Tokoh yang bernama Gunawan, anak ini mudah belajar, menang, dan berhasil dan tidak pernah mengalami kekalahan dan kegagalan.
      3. Pak Reynald adalah guru musik Gunawan.
      4. Orangtuanya penuh perhatian terharap anaknya, tidak pernah mempersoalkan menang atau kalah. 

    • Klimaks

    Gunawan hanya selalu menang, lulus, berhasil, sedangkan guru musiknya menginginkan Gunawan kalah supaya tidak sombong dan congkak, dan mendapatkan pelajaran dari kekalahannya

     

    • Penyelesaian

    Gunawan terlepas beban yang berat karena papa dan mamanya tidak mempersoalkan Gunawan kalah dan menang , dan dia sadar kekalahan bukan suatu hal yang menakutkan, Gunawan hanya berusaha menyenangkan hati Ibunya untuk bisa berlomba dengan baik.

     

    • Pesan Moral

    Jangan takut akan datangnya kekalahan, karena kekalahan adalah suatu pelajaran adalah yang sangat berarti dalam hidup ini pasti ada juga kegagalan dan kekecewaan.

     

    • Setting
    Tempat    : rumah, tempat les musik, dan tempat lomba
    Suasana  : gembira, kecewa
    Waktu      : setiap pulang sekolah, sore hari, dan malam hari

    Jadi outline hanya ditulis garis besarnya saja.


    TUGAS PEMBELAJARAN  2

    Perhatikan Gambar berikut ini

    Gambar 1Settingan untuk Kelompok A



    Gambar 2Settingan untuk Kelompok B


    BUATLAH CERITA DENGAN TEMPAT / SETTINGAN GAMBAR DI ATAS DENGAN GENRE BEBAS (MAKSIMAL 500 KATA)

     


    Channel Education

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    POSTING BEFORE