Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng
PUNCAK SIKUNIR, DATARAN TINGGI DIENG

Jumat, 28 Oktober 2022

UNSUR-UNSUR DALAM CERPEN _ KELAS CERPEN P5

    Pembelajaran 4

    PUEBI DAN ONOMATOPE DALAM CERPEN


    Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan sebuah cerpen diantaranya adalah tanda baca, penggunaan huruf besar, penggunaan kata depan dan imbuhan serta hal pendukung lainnya seperti onomatope.

    PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)


    Untuk memudahkan, Kalian bisa download aplikasi PUEBI di Playstore.

    Sebagai contoh sederhana penggunaan huruf besar dalam kalimat dapat disimak pada materi berikut ini. Sementara untuk yang lainnya silakan simak di perangkat aplikasi PUEBI.

    Huruf Kapital 
    • 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. 
    Misalnya: 
    Apa maksudnya? 
    Dia membaca buku. 
    Kita harus bekerja keras. 
    Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam. 
    • 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. 
    Misalnya: 
    Amir Hamzah, 
    Dewi Sartika, 
    Halim Perdanakusumah, 
    Wage Rudolf Supratman, 
    Jenderal Kancil, 
    Dewa Pedang, 
    Alessandro Volta, 
    André-Marie Ampère, 
    Mujair, 
    Rudolf Diesel 

    Catatan: 
      • Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran. 
    Misalnya: ikan mujair, mesin diesel, 5 ampere, 10 volt 
      • Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas. 
    Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini, Siti Fatimah binti Salim, Indani boru Sitanggang, Charles Adriaan van Ophuijsen, Ayam Jantan dari Timur, Mutiara dari Selatan 
    • 3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. 
    Misalnya: 
    Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” 
     Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” 
    “Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya. 
    “Besok pagi,” kata dia, “mereka akan berangkat.” 
    • 4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. 
    Misalnya: 
    Islam Alquran
    Kristen Alkitab
    Hindu Weda
    Allah Tuhan 
    Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya. 
    Ya, Tuhan 
    bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat. 

    • 5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. 
    Misalnya: 
    Sultan Hasanuddin
    Mahaputra Yamin
    Haji Agus Salim
    Imam Hambali
    Nabi Ibrahim
    Raden Ajeng Kartini
    Doktor Mohammad Hatta
    Agung Permana
    Sarjana Hukum Irwansyah
    Magister Humaniora 
    • 5. b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. 

    Misalnya: 
    Selamat datang, Yang Mulia. 
    Semoga berbahagia, Sultan. 
    Terima kasih, Kiai. 
    Selamat pagi, Dokter. 
    Silakan duduk, Prof. 
    Mohon izin, Jenderal
    • 6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. 
    Misalnya: 
    Wakil Presiden Adam Malik 
    Perdana Menteri Nehru 
    Profesor Supomo 
    Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara 
    Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta) 
    Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 
    Gubernur Papua Barat 
    • 7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia suku Dani bahasa Bali 
    Catatan: 
    Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

    Misalnya: 
    pengindonesiaan 
    kata asing 
    keinggris-inggrisan 
    kejawa-jawaan 
    • 8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. 
    Misalnya: 
    tahun Hijriah 
    tarikh Masehi 
    bulan Agustus 
    bulan Maulid 
    hari Jumat 
    hari Galungan 
    hari Lebaran 
    hari Natal 
    • 8. b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. 
    Misalnya: 
    Konferensi Asia Afrika 
    Perang Dunia II 
    Proklamasi Kemerdekaan Indonesia  

    Catatan: 
    Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital. 

    Misalnya: 
    Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. 
    Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 
    • 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. 
    Misalnya: 
    Jakarta 
    Asia Tenggara 
    Pulau Miangas 
    Amerika Serikat 
    Bukit Barisan Jawa Barat 
    Dataran Tinggi Dieng 
    Danau Toba 
    Jalan Sulawesi 
    Gunung Semeru 
    Ngarai Sianok 
    Jazirah Arab 
    Selat Lombok 
    Lembah Baliem  
    Sungai Musi 
    Pegunungan Himalaya 
    Teluk Benggala 
    Tanjung Harapan 
    Terusan Suez 
    Kecamatan Cicadas 
    Gang Kelinci 
    Kelurahan Rawamangun 

    Catatan: 
    • (1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital. 
    Misalnya: 
    berlayar ke teluk 
    mandi di sungai 
    menyeberangi selat 
    berenang di danau 
    • (2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. 
    Misalnya: 
    jeruk bali (Citrus maxima) 
    kacang bogor (Voandzeia subterranea) 
    nangka belanda (Anona muricata) 
    petai cina (Leucaena glauca) 
    • Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. 
    Misalnya: 
    Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur. 
    Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.  

    Contoh berikut bukan nama jenis. 
    Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura. 
    Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang. 
    Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan. 
    • 10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. 
    Misalnya: 
    Republik Indonesia 
    Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 
    Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia 
    Perserikatan Bangsa-Bangsa 
    Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 
    • 11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. 
    Misalnya: 
    Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. 
    Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra. 
    Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan. 
    Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”. 
    • 12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singka- tan nama gelar, pangkat, atau sapaan. 
    Misalnya: 
    S.H. sarjana hukum 
    M.Hum. magister humaniora 
    M.Si. magister sains 
    K.H. kiai haji 
    Hj. hajah 
    Mgr. monseigneur 
    Pdt. pendeta 
    Dg. daeng 
    Dt. datuk 
    R.A. raden ayu 
    St. sutan 
    Tb. tubagus 
    Dr. doktor 
    Prof. profesor 
    Tn. tuan 
    Ny. nyonya 
    Sdr. saudara 
    • 13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. 
    Misalnya: 
    “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. 
    Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?” 
    “Silakan duduk, Dik!” kata orang itu. 
    Surat Saudara telah kami terima dengan baik. 
    “Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?” 
    “Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.” 

    Catatan: 
    • (1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan. 
    Misalnya: 
    Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. 
    Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. 
    • (2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. 
    Misalnya: 
    Sudahkah Anda tahu? 
    Siapa nama Anda?

    KATA DEPAN (Preposisi)

    Sesuai dengan namanya, kata depan pada dasarnya merupakan salah satu jenis kata yang digunakan pada bagian depan dari sebuah kata. Beberapa kata yang bisa ditambahi kata depan, misalnya seperti kata benda, kata kerja, kata keterangan, dan beberapa jenis kata yang lain.

    Secara harfiah, kata benda merupakan istilah yang lahir dari bahasa latin yaitu “prae” yang dapat diartikan menjadi “sebelum”. Selain itu, kata depan juga memiliki keterkaitan dengan istilah “ponere” yang memiliki arti sebagai “menempatkan”. Maksud dari makna kata depan bisa dipahami sebagai sebuah kata yang dapat ditempatkan di posisi depan atau sebelum dari sebuah kata benda, kata sifat, kata keterangan, dan lain sebagainya.

    a.     Kata Depan sebagai Penunjuk Tempat
    Aturan yang pertama dari penulisan kata depan yaitu terkait penggunaan nama tempat. Sebuah kata depan diketahui memiliki sebuah fungsi yang dapat digunakan sebagai penunjuk tempat atau lokasi. Beberapa kata depan yang biasa digunakan untuk menyatakan tempat yaitu, di, ke, dari, dan lain seterusnya.

    Hal yang perlu diperhatikan yaitu apabila kata depan digunakan sebagai penunjuk tempat, maka kata depan yang ditambahkan sebelum jenis kata lainnya dapat ditulis secara terpisah dengan menggunakan spasi.

    Contoh penulisan kata depan untuk menyatakan tempat, yaitu:
    • Ika lahir di Bandung. 
    • Ani sudah berangkat ke sekolah. 
    • Fahri pulang dari Aceh dan berangkat besok malam.
    b.     Kata Depan sebagai Imbuhan

    Aturan penulisan berikutnya untuk kata depan atau preposisi yaitu apabila memiliki fungsi sebagai imbuhan. Sebuah kata depan yang digunakan sebagai imbuhan bisa disambung dengan kata berikutnya. Beberapa kata depan tersebut yaitu kata di-, ke-, dan dari-.

    Contoh penulisan kata depan jika menjadi imbuhan, adalah:
    • Kakak punya baju baru yang dibeli dari pasar. 
    • Lebih baik terlambat daripada tidak melakukan apapun sama sekali. 
    • Fahri telah berusaha melepas tali itu untuk kesekian kalinya, namun belum juga berhasil.
    Kata imbuhan berdasarkan posisinya ini terbagi menjadi empat, antara lain prefiks (awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan) dan konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Setiap posisi kata imbuhan ini akan memberikan makna yang berbeda. 

    • Prefiks (Awalan)
    Prefiks adalah jenis imbuhan yang letaknya di awal kata dasar, seperti meng-, ter-, ber-, ke-, per-, peng-, meng-, memper- dan lainnya.   

    Contoh imbuhan awalan, meliputi beranak, pengerat, melamar, tertutup, dibaca, serumah dan lainnya.

    • Sufiks (Akhiran)
    Sufiks adalah jenis imbuhan yang letaknya di akhir kata dasar, seperti -an, -kan, -nya dan -i. 

    Contoh imbuhan akhiran, timbangan, panaskan, beresi, bajunya, lamaran dan lainnya. 

    • Infiks (Sisipan)
    Infiks adalah imbuhan yang letaknya disisipkan di tengah kata dasar, seperti -em-, -el-, -in-, -er- dan -eh-. 

    Contoh imbuhan sisipan, meliputi melaju, temali, seruling dan lainnya.

    • Konfiks (Gabungan awalan dan akhiran)
    Konfiks adalah imbuhan yang terletak di awal dan akhir kata dasar dan biasanya juga disebut simulfiks, seperti ke-an, per-an, ber-an, di-i, di-kan, peng-an, ke-an, memper-i, memper-kan, me-kan. 

    Contoh imbuhan konfiks, meliputi ketakutan, perkotaan, seandainya, berduaan, dan lainnya. 

    Catatan

    Untuk menuliskan kata ganti persona seperti -ku, -mu, dan -nya, penulisannya tidak boleh terpisah. 


    c.     Kata Depan Sebagai Judul

    Aturan penulisan yang selanjutnya adalah kata depan yang digunakan pada bagian judul dari sebuah tulisan. Setelah disesuaikan dengan dua aturan sebelumnya, kata depan yang memiliki fungsi sebagai imbuhan atau penghubung pada setiap kata yang ada di bagian judul berarti ditulis dengan menggunakan huruf kecil.

    c. Fahri telah berusaha melepas tali itu untuk kesekian kalinya, namun belum juga berhasil.
     
    Contoh: 
    Senja di Palimanan 
      

    ONOMATOPE

    Mengutip dari buku Linguistik Mikro (Kajian Internal Bahasa dan Penerapannya) (2020) karya Yusri dan Mantasiah R., onomatope sering juga disebut tiruan bunyi. Onomatope adalah pemberian nama pada suatu kata yang didasarkan pada bunyinya.

    Istilah onomatope berasal dari bahasa Yunani, berarti kata atau sekumpulan kata yang bunyinya mirip atau menyerupai sumber aslinya. Bunyi dalam onomatope bisa terinspirasi dari suara hewan, manusia, atau lainnya. 

    Menurut Aceng Ruhendi Saifullah dalam buku Semantik dan Dinamika Pergulatan Makna (2018), tiap bahasa memiliki onomatope yang berbeda. Onomatope atau tiruan bunyi ini diambil dari bahasa yang sudah terdengar akrab di lingkungan masyarakat.

    Contoh onomatope dalam aktifitas

    Minum: gluk, gluk, gluk 

    Menginjak kayu/ranting: krak, krak, krak 

    Menginjak kayu/ranting: krak, krak, krak

    Jatuh ke dalam air: Byur, jebur, plung (jika yang jatuh adalah benda) 

     Menggunting: kres, kres, kres

     Meninju: Buk, dhuak

     Menyobek kertas: srek, srek

    Meledak: bum!

    Jatuh dengan keras: gedebuk! Gedebum!

    Barang pecah: Prang!

    Kaleng tertendang: Klontang!

    Menembak: Dor!

    Menyeruput: Srup, srup

    Mengayun tongkat: Syuut, syuut.

    Menumpuk barang: Bruk, bruk.

    Batuk: Uhuk, uhuk.

    Bersin: Hatsyi! Hatsyi!

    Kunci diputar: Klik.

    Menusuk dengan pisau: Jleb.

    Perut keroncongan: Kruk, kruk.

    Kain dirobek: Breet, breeet.

    Menggigit makanan renyah: Kriuuk.

    Jam dinding kuno: Tik tok.

    Pohon bambu tertiup angin: Keriang keriut

    Ketukan di pintu: Tok tok tok.

    Sepatu hak tinggi di lantai: Tuk tuk tuk.

    Air menetes: Tes tes tes.

    Kring .... Suara telepon

    Plak!!! Menyatakan tamparan 

    Hiks ... Hiks ... Suara menangis

    Catatan :

    Untuk onomatope sebaiknya digunakan seperlunya saja. Bahkan bila menggunakan teknik showing dalam penulisannya, itu lebih baik.

    Contoh : 

    Kring .... Suara telepon terdengar dari ruang tengah.

    Suara telepon berdering dari ruang tengah. Lusi yang sedang memasak segera berlari ke ruang tengah dan mengangkat telepon yang berdering sudah sejak lama.


    ELIPSIS

    Elipsis adalan pelesapan kata atau kalimat yang penggunaannya telah diatur dalam Pedoman Umum Bahasa Indonesia (PUEBI). Dilansir dari buku Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia Ejaan oleh Sriyanto (2014), tanda elipsis digunakan untuk menandai kalimat yang terputus-putus atau bagian kalimat yang dihilangkan.

    Berikut adalah cara menuliskan tanda elipsis dengan benar: 
    1) Satu …, dua …, tiga! 
    2) Kita harus … mengantre untuk mendapatkan tiket. 
    3) Semua warga negara harus mau membayar …. 
    4) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai berlaku pada tahun …. 
        a. 1928 c. 1965 b. 1945 d. 1972

    Contoh pada nomor 3 dan 4 adalah contoh elipsis di akhir kalimat, karena diakhir kalimat maka diberi tanda titik pertanda berhenti.


    ANTOLOGI

    Pengertian antologi secara harfiah, berasal dari bahasa Yunani yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Pengertian antologi adalah karangan bunga atau bunga. Sehingga, isi dari buku antologi adalah kumpulan-kumpulan karya sastra.

    Pada mulanya, definisi antologi hanya mencakup kumpulan puisi saja, termasuk pantun dan syair yang dicetak dalam satu volume buku. Akan tetapi, antologi juga dapat berarti kumpulan karya-karya sastra jenis lain.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:77) mendefinisikan antologi sebagai kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang. Itu berarti bahwa antologi dapat berasal dari karya pribadi maupun kelompok. Beberapa tulisan yang tercecer di sana-sini dapat dikumpulkan sehingga terdokumen secara apik. Setelahnya, tentu kumpulan naskah itu akan menjadi lebih bermanfaat jika dijadikan buku. 

    Buku antologi adalah buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan tulisan yang tidak berkaitan. Namun masih satu jenis tulisan dan biasanya juga satu tema.

    Biasanya buku antologi yang berisi karya sastra puisi terdiri dari beberapa karya seorang penulis atau lebih dan dituangkan dalam satu buku. Puisi-puisi tersebut terikat mantra, irama, rima dan penyusunan bait yang memiliki satu tema yang sama.

    Secara umum, pengertian antologi ialah buku yang berisi kumpulan karya sastra yang sejenis, bisa berupa karya sastra esai, puisi ataupun cerpen. Kumpulan karya sastra tersebut memiliki tema yang sama, kemudian dibukukan menjadi satu dan diterbitkan.

    Semua istilah yang berkaitan dengan pengertian antologi. Berikut penjelasannya.

    • Bunga rampai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah campuran atau kumpulan karya sastra yang bersumber dari berbagai macam buku. Biasanya, bunga rampai fokus pada satu pembahasan atau topik khusus saja. 
    • Prosiding adalah kumpulan makalah atau kumpulan tulisan hasil seminar yang dibukukan. Prosiding lebih fokus pada bidang akademis dan bukan sastra. 
    • Omnibus adalah istilah yang digunakan untuk kumpulan tulisan dari penulis atau pengarah yang sebelumnya pernah dipublikasikan secara menyedar, lalu disatukan kembali menjadi buku. Istilah omnibus berasal dari omnibus yang artinya adalah untuk semua. 
    • Kompendium menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan ikhtisar karangan ilmiah yang lengkap serta padat. Kompendium juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan tulisan yang memiliki fokus pada pembahasan ikhtisar dari tema-tema penulisan tertentu yang telah ditentukan lebih dulu.

    TUGAS PEMBELAJARAN 4 :



    BUATLAH SEBUAH CERITA PENDEK DENGAN GENRE HOROR. 
    TEMA BEBAS YANG PENTING MENEGANGKAN, MENYERAMKAN DAN MENCEKAM.

     

    Channel Education

    Rabu, 26 Oktober 2022

    DIALOG DALAM CERPEN _ KELAS CERPEN P5


      Pembelajaran 3

      DIALOG DALAM CERPEN

      Dalam sebuah cerpen, tentunya tidak mengenakkan jika keseluruhannya terdiri dari narasi ataupun deskripsi panjang yang tak ada habisnya. Tentunya pembaca akan bosan dengan isi cerpen seperti itu.

      Adanya dialog dalam sebuah cerpen membuat cerpen menjadi lebih hidup. Upaya penulis untuk menunjukkan (showing) dalam cerpennya, mengajak pembaca untuk masuk ke dalam cerita, memahami setiap karakter tokoh cerita.

      DIALOG TAG

      Dialog tag adalah frasa yang berada setelah dialog untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog itu sendiri. Dialog tag berfungsi untuk menunjukkan ke pembaca bahwa karakter tokoh siapa yang sedang berbicara. 

      Tanda baca akhir suatu percakapan yang memiliki dialog tag bukanlah tiitk (.), melainkan koma (,). Oleh karena itu, dialog tag diawali dengan huruf nonkapital atau kecil. selain itu, jika ada tanda baca lain seperti tanda tanya (?) dan seru (!), penulisan huruf awal setelah petik tetap ditulis kecil atau nonkapital.

      Biasanya, dalam dialog tag ada beberapa kata yang sering digunakan, seperti ucap, ujar, kata, tutur, panggil, sapa, ajak, tanya, pesan, dan lain sebagainya. 


      Berikut ini beberapa contoh kalimat langsung yang menggunakan dialog tag.
      • “Aku belum makan,” kata Udin. 
      • Nenek berkata, “Kalau mau ke pasar, jangan lupa membeli buah-buahan.”

        

      DIALOG AKSI


      Dialog aksi adalah dialog yang tidak diikuti frasa yang menginformasikan identitas, melainkan dialog yang diikuti dari si pengucap. Dalam hal ini, setelah dialog terdapat kata-kata atau bahkan kalimat yang berupa aksi pada sebuah percakapan. 

      Pada dialog aksi ini, tanda baca akhir yang biasa digunakan setalah dialog selesai adalah tanda titik (.). Oleh karena itu, penulisan huruf pertama setelahnya harus kapital.

      Secara singkat, mau di mana pun letaknya, dialog aksi harus menggunakan huruf awal kapital. Jika setelah dialog adalah aksi maka penulisannya diawali dengan huruf kapital. 
       

      Berikut ini beberapa contoh kalimat langsung yang memiliki dialog aksi setelahnya.

      • “Baik, aku akan ke sana sekarang.” Udin segera berlari menuju mobilnya. 
      • “Apa saja yang Ibu beli di pasar?” Adik memeriksa belanjaan Ibu, mencari apakah ada makanan favoritnya.
       
      Bagaimanakah teknik penulisan dialog yang benar?

      TATA CARA MENULIS DIALOG YANG BENAR

      1.      Penggunaan tanda titik di akhir dialog

      Contoh salah : “Aku yakin dia pelakunya”. 

      Contoh benar : “Aku yakin dia pelakunya.”

      Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.

      Apabila di iringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

      Contoh salah : “Dia memang sangat berani.” menatap Toni kagum.

      Contoh benar : “Dia memang sangat berani.” Menatap Toni kagum. 

      Apa yang membedakannya? (Huruf awal narasi). 

      Ya, huruf awal narasi harus di dahului oleh huruf kapital.

      Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

      Contoh salah : Adi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terhebat.”

      Contoh benar : Adi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terhebat.”

      Perbedaannya apa? (Penggunaan tanda baca).

      Yang pertama kenapa salah? Karena menggunakan tanda baca (,) yang seharusnya (.)

       

      2.     Penggunaan tanda koma di akhir dialog

      Biasanya, digunakan bersamaan dengan dialog tag.

      Contoh salah : “Aku yang membuang karung itu.” Ungkap Dani.

      Contoh benar : “Aku yang membuang karung itu,” ungkap Dani.

      Dimana perbedaannya?

      Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

      Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, seharusnya huruf awalnya adalah kecil.

      Perhatikan contoh berikut ini.

      Contoh salah : Sandra berkata. “Sepatu barumu kupinjam.”

      Contoh benar : Sandra berkata, “Sepatu barumu kupinjam.”

      Nah, frase sejenis “Ungkap Dani” dan “Sandra berkata” itulah yang disebut sebagai Dialog Tag. 


      3.      Penggunaan tanda seru di akhir dialog.

      Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan berteriak.

      Perhatikan contoh A

      Contoh salah : “Pergi dari hadapanku sekarang.” bentak Rudi.

      Contoh benar : “Pergi dari hadapanku sekarang!” bentak Rudi.

      Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

      Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

      Perhatikan contoh B

      Contoh salah : “Aku tidak sebejat itu!” ucapnya lirih.

      Contoh benar : “Aku tidak sebejat itu …” ucapnya lirih.

      Kenapa contoh awal salah? Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sebejat yang orang kira.

      Kalau dilihat dari segi ungkapan memang benar. Lalu apa yang salah? Narasinya.

      Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan?

      Jadi, harus di perhatikan baik-baik. 

       “Aku tidak sebejat itu!” (Benar)

       

      4.      Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

      Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

      Contoh salah : “Apa yang terjadi di sini?”, Tanya Kayla.

      Contoh benar : “Apa yang terjadi di sini?” tanya Kanza.

       Catatan
      • Setiap dialog selalu masuk ke alinea baru, kecuali dialog yang dipotong sedikit, lalu dilanjutkan
      ------"Mau kemana?" tanyaku. (alinea baru

      ------"Mau tahu aja, itu urusanku," jawabnya. (alinea baru)

      ------"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (alinea baru - sambungannya tidak)
        • Perhatikan dialog (petik pertama) pada baris pertama dan kedua masuk alinea baru sekalipun halamannya masih muat. Petik keempat pada baris tiga tidak masuk alinea baru karena dialognya masih lanjutan dari petik sebelumnya hanya dijeda sedikit narasi.
      • Huruf pertama nempel (tanpa spasi) dengan kutip buka dan tanda baca/huruf terakhir nempel dengan kutip tutup.
      "Mau ke mana?"     = Contoh benar  

      " Mau ke mana ?"   = Contoh salah (ada spasi)

      DIALOG TAG ANTARA DUA DIALOG


      Jika dialog tag diletakkan di antara dua dialog yang masih diucapkan oleh orang yang sama tapi tidak berkesinambungan, maka akhiri dialog tag dengan tanda titik baru setelah itu tuliskan dialog kedua dengan huruf awal kapital. 

      Contoh :
      "Aku sudah mengatakannya berulang kali," ucap Sinta. "Haruskah kuulangi lagi?"

      Jika kedua dialog yang sebenarnya tersambung, tapi terpisah oleh dialog tag (biasanya karena ada jeda atau terpotong), maka gunakan tanda koma setelah dialog tag dan huruf awal dialog kedua ditulis kecil.

      Contoh :
      "Aku sudah mengatakannya berulang kali," ucap Sinta, "bahwa aku mencintaimu."



      TUGAS PEMBELAJARAN 3 :
      Gambar.  Siswa bermasalah

      BUATLAH SEBUAH CERITA DENGAN ILUSTRASI SEPERTI GAMBAR DI ATAS DENGAN KONFLIK YANG KUAT DAN HAPPY ENDING 

      Genre Romancemaksimal 500 Kata


      Channel Education

      POSTING BEFORE