WAWANCARA
DENGAN KEPALA SEKOLAH
OLEH:
YUSEA GITARIA
CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 11
SMA NEGERI 14 TANGERANG
1. NAMA KEPALA SEKOLAH : ADE GUNAWAN, S.Pd., M.M.
ASAL SEKOLAH : SMAN 14 TANGERANG
Gambar 1. Bersama Kepala SMAN 14 Tangerang
HASIL WAWANCARA
CGP : “Selama ini, bagaimana Anda dapat
mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?”
KS : “Kepala sekolah harus mampu memetakan
kasus dengan identifikasi masalah, setelah itu diinvetarisir permasalahannya
kemudian mengumpulkan data dan fakta, kemudian memproses dengan fakta yang ada
dan mengkomunikasikan nya. Ini tergantung dengan kekompleksan kasus yang muncul.”
CGP : “Selama ini, bagaimana Anda menjalankan
pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada
dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?”
KS : “Kepala
sekolah mengumpulkan data dan pendekatan sehingga saya betul-betul memahami
kasus tersebut terkait dengan kemaslahatan yang ada dan apakah ada kemudhoratannya,
seberapa besar maslahatan dan mudhoratnya.”
CGP : “Langkah-langkah atau prosedur seperti apa
yang biasa Anda lakukan selama ini?”
KS : “Saya
memetakan masalah, akar masalahnya apa sehingga muncul konflik atau kasus. Kemudian
saya akan melibatkan rekan sejawat dalam hal ini adalah wakil saya, apalagi bila
masalahnya tergolong kasus yang berat atau kompleks maka saya akan
mengkomunikasikannya dengan tim dan wakil kepala sekolah sebagai kontrol dalam
pengambilan keputusan.”
CGP : “Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap
efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Denganmelibatkan tim dan orang lain
terutama wakil kepala sekolah adalah hal yang efektif menurut saya dalam
pengambilan keputusan sebagai kontrol dalam pengambilan keputusan, serta bisa
juga sebagai penguji apakah keputusan yang akan diambil ini sudah mengandung
nilai-nilai kebajikan.
CGP : “Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan
tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Tantangan terbesar yang dihadapi adalah tekanan
psikis dari dalam diri sendiri, bagaimana pertanggungjawabannya nanti dari
setiap keputusan yang saya ambil kepada Allah Subhawanahu Waw Ta’ala, bahwa
Jabatan ini adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan.”
CGP : “Apakah
Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian
kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?”
KS : “Penyelesaian
kasus dilema etika yang dihadapi biasanya saya komunikasikan dengan rekan atau wakil
kepala sekolah, sehingga keputusan yang diambil tidak memihak dan memiliki
kemaslahatan bagi orang banyak.”
CGP : “Adakah
seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda
dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Yang
membantu dan mempermudah dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema
etika adalah para wakil kepala dengan berbagai kemampuan dan kompetensi serta
kelebihannya masing-masing.”
CGP : “Dari
semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?”
KS : “Pembelajaran
tentang nilai-nilai kebajikan yang dilakukan tentu saja ada
pertanggungjawabannya, di dunia dan di akhirat.”
2. NAMA KEPALA SEKOLAH : WIWIK ALAWIYAH, M.Pd.,
ASAL SEKOLAH : TK HARAPAN JAYA TANGERANG
HASIL WAWANCARA
CGP : “Selama ini, bagaimana Anda dapat
mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?”
KS : “Saya mengamati dulu suatu
permasalahan yang terjadi, mengumpulkan informasi yang faktual, dan menentukan
suatu keputusan mengacu berdasarkan peraturan, setelah itu Saya akan mencari
nilai-nilai atau kebajikan nya.”
CGP : “Selama ini, bagaimana Anda menjalankan
pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada
dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?”
KS : “Setiap pengambilan
keputusan, saya selalu menjalin hubungan dengan rekan sejawat. Memastikan bahwa
keputusan tersebut benar-benar dipahami, karena selalu ada alasan dibalik suatu
kejadian. Dalam menjalankan pengambilan keputusan di sekolah dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip kebajikan dan keseimbangan kepentingan.
Berdasarkan nilai-nilai yang sudah sering muncul dalam setiap keputusan yang saya
ambil.”
CGP : “Langkah-langkah atau prosedur seperti apa
yang biasa Anda lakukan selama ini?”
KS : ”Selama ini, langkah-langkah atau prosedur pengambilan keputusan yang Saya terapkan sebagai kepala sekolah adalah dengan melibatkan pendekatan yang hati-hati dan kolaboratif. Berdasarkan prinsip-prinsip kebajikan yang Saya gunakan, langkah-langkah yang mungkin Saya lakukan dalam proses pengambilan keputusan : Identifikasi Masalah, mengumpulkan informasi, menganalisis masalah, melibatkan pihak terkait, mengambil keputusan berdasarkan nilai kebajikan, berkomunikasi secara transparan dan evaluasi penyesuaian.”
CGP : “Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap
efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Hal yang efektif dalam pengambilan keputusan adalah
Saya akan terlebih dahulu mendiskusikan dengan pihak-pihak yang terkait,
kemudian mengambil keputusan sendiri setelah mempertimbangkan pendapat dari
yang lainnya, karena keputusan akhir adalah tanggung jawab Saya sebagai
pemimpin atau Kepala Sekolah Secara keseluruhan, hal-hal yang Saya anggap
efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika tampaknya
berkisar pada keseimbangan antara nilai-nilai kebajikan, komunikasi yang
terbuka, serta pendekatan yang partisipatif dan bertahap. Dengan
mempertimbangkan berbagai perspektif, Saya berhasil menjaga kesejahteraan semua
pihak dan membuat keputusan yang adil serta berkelanjutan.”
CGP : “Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan
tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Tantangan utama dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika adalah bagaimana Anda menyeimbangkan kepentingan yang
bertentangan, menghadapi ketidakpastian, dan tetap berpegang pada nilai-nilai
kebajikan di tengah keterbatasan sumber daya dan tekanan dari berbagai pihak, misalnya
ketika kasus tersebut melibatkan orang tua murid, murid dan diri sendiri.”
CGP : “Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?”
KS : “Dalam menyelesaikan kasus
dilema etika, sebagai kepala sekolah, Saya mungkin memiliki pendekatan yang
fleksibel, tergantung pada situasi dan urgensi masalah. Namun, untuk memastikan
proses pengambilan keputusan berjalan secara terstruktur dan efektif, ada
beberapa bentuk atau prosedur yang mungkin sudah Saya jalankan atau dapat
diterapkan, misalnya, menganalisis masalah yang dihadapi, menentukan
jadwalmusyawarah dengan pihak yang bersangkutan, mempertimbangkan pendapat yang
ada, kemudian memutuskan keputusan apa yang akan diambil.”
CGP : “Adakah
seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda
dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Dalam pengambilan
keputusan biasanya Saya mendapatkan bantuan dari berbagai sumber yang mendukung
pengambilan keputusan yang bijak, seperti pihak-pihak yang bersangkutan dalam
kasus tersebut, serta faktor lain yang membantu ketika musyawarah berjalan
lancar dan menghasilkan titik terang.”
CGP : “Dari
semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?”
KS : “Yang menjadi pembelajaran
bagi Saya adalah memutuskan sesuatu tidak mementingkan keegoisan diri sendiri
tapi banyak pertimbangan agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Pengalaman
dalam menangani dilema etika memberikan banyak pembelajaran berharga yang
membentuk Saya sebagai Kepala Sekolah yang lebih bijaksana, inklusif, dan
reflektif. Keseimbangan, empati, nilai kebajikan, kolaborasi, dan refleksi
adalah beberapa pilar yang memperkuat kemampuan Anda dalam mengambil keputusan
yang tepat di masa depan.”
3. NAMA KEPALA SEKOLAH : MULYADI, LM, S.Pd.I
ASAL SEKOLAH : SMK MITRA INDUSTRI TANGERANG
HASIL WAWANCARA
CGP : “Selama ini, bagaimana Anda dapat
mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?”
KS : “Saya memetakan kasus dengan
menentukan terlebih dahulu prioritas kasusnya. Kemudian mengamati permasalahan
yang muncul kemudian melakukan pendekatan dengan mengkomunikasikannya dengan
wakil kepala sekolah.”
CGP : “Selama ini, bagaimana Anda menjalankan
pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada
dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?”
KS : “Dalam pengambilan
keputusan dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan seperti pada kasus
disiplin yang pernah dihadapi.
Untuk kasus ini yang diprioritaskan adalah peraturan yang melekat tetap
dengan mempertimbangkan nilai kebajikan dalam norma masyarakat.”
CGP : “Langkah-langkah atau prosedur seperti apa
yang biasa Anda lakukan selama ini?”
KS : ”Selama ini, langkah-langkah atau prosedur
pengambilan keputusan yang diterapkan adalah dengan pendekatan kemanusian dan
rasa peduli untuk kasus yang harus diputuskan dengan sangat berhati-hati, agar
tidak berdampak.”
CGP : “Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap
efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Hal yang efektif dalam pengambilan keputusan adalah melibatkan
wakil Kepala Sekolah dengan nilai-nilai kebajikan dan pendekatan yang menjunjung
nilai kemanusiaan.”
CGP : “Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Tantangan terbesar yang dihadapi adalah jika kasus
atau konflik bersinggungan dengan orang tua murid adalah berkurangnya jumlah
murid yang masuk ke sekolah, karena sekolah swasta. Jika pimpinan kurang tepat dalam
pengambilan keputusan maka kepercayaan orang tua murid dalam menitipkan putra-putrinya
di sekolah akan menurun sehingga ini berdampak menurunnya jumlah murid di
sekolah ini.”
CGP : “Apakah
Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian
kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?”
KS : “Dalam menyelesaikan kasus
dilema etika, saya akan mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan wakil kepala
sekolah untuk pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan kasus atau
masalah yang muncul.”
CGP : “Adakah
seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda
dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?”
KS : “Dalam pengambilan
keputusan biasanya Saya bersama wakil kepala sekolah yang memahami organisasi
dan memiliki kemampuan dan kompetensi yang mumpuni sesuai dengan bidangnya.”
CGP : “Dari
semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?”
KS : “Pembelajaran yang saya bisa
ambil adalah bahwa kita harus selalu meninjau ulang setiap keputusan yang
diambil dengan bermusyawarah serta kita juga harus selalu up to date terhadap
perkembangan zaman.”
ANALISIS HASIL
WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?
Hal menarik yang muncul saat wawancara adalah bahwa kasus yang pernah dihadapi oleh kepala sekolah sangat kompleks, tetapi dengan keteguhan Kepala Sekolah dan yang paling penting mengedepankankan nilai-nilai kebajikan kepala sekolah bisa melalui kasus tersebut dengan pengambilan keputusan yang efektif dan baik. Pada Kasus yang di hadapi oleh Kepala Sekolah saat wawancara ada mengandung Paradigma dilema etika Kebenaran lawan Kesetiaan serta Jangka Panjang lawan Jangka Pendek. Prinsip yang ditonjolkan adalah prinsip yang berbasis rasa kasihan/peduli. Langkah-langkah yang diambil oleh kepala sekolah sudah mencakupi pada 9 langkah pengujian, sudah mengenal nilai yang bertentangan, ada yang terlibat dalam setiap kasus, mengumpulkan fakta yang terjadi, melakukan pengujian benar-salah dan benar- benar, ada prinsip resolusi, dan opsi trilema juga sudah nampak, sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta merefleksikannya.
Hampir ketiga sekolah memiliki pola yang sama saat menemukan kasus atau mendapati konflik, mereka memetakan konflik tersebut berdasarkan prioritas masalahnya, kemudian melakukan pendekatan.
Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?
Dari ketiga wawancara yang saya laksanakan ada persamaan dan perbedaannya, diantaranya
PERSAMAAN
Dalam Pengambilan keputusan ketiga
kepala sekolah yang saya wawancarai
1. Memetakan masalah saat ingin
melakukan pengambilan keputusan. Dengan prosedur dan langkah-langkah yang
efektif dengan melibatkan orang lain atau wakil kepala sekolah.
2. Ada memiliki faktor atau orang
lain yang mempermudah dalam pengambilan keputusan diantaranya adalah para wakil
kepala sekolah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas, dan faktor lain untuk
jenjang Taman Kanak-kanak atau PAUD misalnya rekan sejawat.
PERBEDAAN:
Dari
masing-masing kepala sekolah yang saya wawancarai ada perbedaan pada tantangan yang
di hadapi saat pengambilan keputusan yaitu,
1.
Ada
Kepala Sekolah yang mengatakan bahwa tantangan terbesar yang dihadapinya dalam
setiap pengambilan keputusan adalah mengendalikan Ego dan Emosional dari diri
sendiri. Jabatan kepala sekolah adalah amanah yang nantinya akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan beliau sadar
bahwa jabatan itu adalah ujian yang selalu mengingatkannya saat dalam
pengambilan keputusan, apalagi keputusan itu adalah keputusan yang harus
diambil pada kasus yang kompleks.
2.
Ada
juga Kepala Sekolah yang mengatakan bahwa Tantangan terbesar saat pengambilan
keputusan adalah dengan mempertimbangkan resiko terbesar yang menyebabkan
berkurangnya jumlah kepercayaan orang tua dalam menitipkan putra-putrinya di
sekolah tersebut, karena sekolah swasta.
3.
Ada
juga Kepala Sekolah yang mengatakan bahwa tantangannya adalah saat menghadapi
kasus dengan ketidak pastian tindakan, sementara Kepala Sekolah harus mengedepankan
nilai-nilai kebajikan dari setiap kasus atau konflik, apalagi bila bersentuhan dan bersinggungan dengan orang tua
murid.
Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?
Merefleksikan
diri dalam setiap pengambilan keputusan, dan melibatkan setiap pihak terutama
wakil kepala, yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan dengan
kredibilitas dan integritas yang tinggi sebagai kontrol diri pemimpin.
Efektivitas
terukur dengan adanya keterlibatan para tim atau rekan sejawat yang diambil
dengan kebijakan yang bisa dilihat dari berbagai sisi dan lini kehidupan yang
berasal dari masukan setiap orang dalam tim atau beberapa wakil kepala. Dan
Keputusan tetap ditentukan oleh kepala sekolah dengan mempertimbangkan
nilai-nilai kebajikan yang muncul untuk kemaslahatan orang banyak dengan
meminimalkan mudhorat nya.
Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?
Saya
akan menerapkan pengambilan keputusan pada lingkungan tempat saya mengajar, serta
rekan sejawat yang selalu membersamai dalam setiap pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajar. Sebagai guru saya akan menerapkan pengambilan
keputusan dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan memetakan
permasalahan dan kasus yang muncul melalui 4 paradigma dilema etika, memutuskan
dengan 3 prinsip dan mengujinya dengan 9 langkah pengujian.
Kejelasan suara/tulisan di video/blog naratif Anda, format apa yang akan gunakan, sudahkah Anda mengujinya/ membacanya dan melihat hasilnya/membayangkan bila orang lain membaca tulisan Anda?
Pada
penulisan analisis sebagai tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 adalah
format dengan tulisan di aplikasi Word dan dituangkan atau dibagikan pada
media sosial berupa tulisan di blog pribadi
saya, dan saya sudah membaca hasil tulisan saya ini dengan mengujinya melalui
penyesuaian tata bahasa dan kosa kata yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) dan uji intuisi, dengan membayangkan bila orang lain membaca
tulisan ini saya merasa biasa saja dan nyaman saja dengan narasi yang saya buat
ini. Tidak ada tulisan yang menyinggung pihak manapun dan tidak mengandung
unsur SARA serta kata-kata yang mengandung kekerasan atau perundungan.
Durasi waktu/panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk maksimal dan minimal waktu berbicara, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan Anda, dan kepadatan/intisari materi yang Anda ingin sampaikan?
Jumlah kata yang terhitung
dalam komunikasi analisis adalah lebih dari 600 kata. Dengan lebih dari 600
kata sudah mewakili bahwa intisari atau kepadatan materi atau pembahasan dalam
analisis sudah tercapai.