Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng
PUNCAK SIKUNIR, DATARAN TINGGI DIENG

Sabtu, 12 Oktober 2024

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 8




JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 8
TUGAS DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.3 TENTANG 
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

YUSEA GITARIA
CGP ANGKATAN 11
SMA NEGERI 14 TANGERANG


Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh…

Selamat datang dan selamat bertemu Kembali Bapak dan Ibu Sahabat Guru Penggerak di Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Angakatan 11. Pada kesempatan kali ini saya akan merefleksi kegiatan saya selama pembelajaran di modul 2.3 tentang Pengalaman menjadi Supervisor pada kegiatan Coaching Untuk Supervisi Akademik.

Pada Jurnal Refleksi kali ini saya masih tetap menggunakan refleksi model 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu:

Fact (Peristiwa)
Feeling (Perasaan)
Finding (Pembelajaran)
Future (Rencana Tindak Lanjut)

Bagaimana jabaran jurnal refleksi yang saya buat pada kegiatan pengalaman belajar saat bekerja sama dengan rekan sejawat dimana saya menjadi supervisor pada teknik Coaching Untuk Supervisi Akademik, ayo kita perhatikan penjelasan berikut ini

1.  Fact (Peristiwa)

Sahabat Guru Penggerak Pembelajaran Modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik sangatlah padat dengan berbagai contoh Praktik Coaching beserta dengan materi Konsep Coaching, Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching, Kompetensi Inti Coaching, Alur Percakapan TIRTA, Supervisi Akademik dengan Paradigma Coaching

Pada modul 2.3 ini saya selalu semangat dan berusaha mengerjakan semua tugas yang sudah diberikan di link lms (Learning Management System) Platform Merdeka Mengajar. Dengan mengerjakan semua tugas, seperti latihan coaching berperan sebagai coach dan sebagai coachee dan pada rukol 2 merekam praktik coaching sebagai coach, saya menjadi lebih banyak tahu bagaimana perasaan dan teknik atau keterampilan sebagai seorang coach dengan menghadirkan diri sepenuhnya untuk mendengarkan agar dapat mengajukan pertanyaan yang berbobot. 

Kali ini pada Jurnal Mingguan 8 ini saya akan merefleksi tentang kegiatan yang sudah laksanakan yaitu kegiatan kolaborasi dengan rekan sejawat saat menjadi supervisor dalam kegiatan Coaching Untuk Supervisi Akademik sebagai pemenuhan tugas modul 2.3 Demonstrasi Kontekstual. Saya bersama teman-teman CGP lain belajar bersama tentang peran menjadi supervisor, coach dan coachee. Kami melakukannya dalam tiga siklus. 

Pengalaman belajar yang sangat bermanfaat dan memberikan arti yang sangat besar pada pengalaman saya sebagai guru. Bagaimana berperan sebagai coach, supervisor yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran yang selalu menuju pada pengembangan metode dalam pembelajaran yang berdiferensiasi dengan kompetensi sosial dan emosional serta berpusat pada murid.

Diawali saya yang tidak yakin dengan kemampuan saya apakah bisa melakukan peran sebagai supervisor dan coach, ternyata setelah dilakukan dan mendapat penguatan dari fasilitator serta dukungan teman-teman CGP lain membuat saya menjadi lebih optimis dalam melakukan praktek coaching untuk supervisi akademik. Dalam tugas praktik tersebut kami membuat video dalam setiap siklus, karena yang akan dinilai oleh fasilitator adalah saat kami menjadi supervisor.

Banyak hal lucu dan menyenangkan saat kami mengambil adegan video yang saya temui dan pembelajaran yang unik menurut saya. Selanjutnya kami harus mengunggahnya di Channel YouTube pribadi dengan format unlisted atau tidak publik.

Kemudian dalam tugas Koneksi Antar Materi menambah dan menggali lagi kemampuan saya dalam merefleksi kegiatan saya dalam mempelajari modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik. Diakhiri dengan 20 pertanyaan sebagai kompetensi akhir tentang pembelajaran yang sudah berlangsung.

Tugas mandiri yang diberikan dalam setiap modul sangat memberikan efek yang positif dalam diri saya sebagai Guru pada umumnya dan sebagai Calon Guru Penggerak pada khususnya. 

Saya sangat senang dengan pembelajaran di modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik ini, terutama pada saat rekaman adegan menjadi supervisor dalam tiga siklus karena saya banyak mendapat pengalaman belajar yang luar biasa, baik dari materi yang ada maupun dari pengalaman belajarnya.

Tantangan yang saya hadapi pada modul ini adalah menata perasaan yang masih sering gugup saat diawal percakapan coaching baik saat pra supervisi maupun saat pasca supervisi.

2. Feeling (Perasaan)

Perasaan saya saat pembelajaran menjadi supervisor dalam coaching untuk supervisi akademik ini sangat senang, terutama saat melakukan peran pada semua adegan sebagai supervisor, coach dan coachee dalam tiga siklus yang berlangsung sebagai pemenuhan tugas Demonstrasi Kontekstual. Perasaan yang semula bercampur aduk gugup, penasaran, ada rasa ketakutan/khawatir berubah seketika saat sudah mulai melakukan adegan dengan peran dalam teknik coaching tersebut.

Saya sangat berharap Coaching Untuk Supervisi Akademik ini dapat saya terapkan kepada murid dan rekan sejawat saya agar dapat berbagi praktik baik dalam teknik coaching. Sehingga bila ada permasalahan dalam pembelajaran dapat menemukan solusinya dengan cara yang tepat. Sehingga teknik coaching ini benar-benar bisa mengembangkan dan memaksimal potensi diri guru dalam kegiatan supervisi akademik.

Teknik coaching ini bisa menjadi solusi dalam setiap percakapan. Dan saya sangat senang bisa mengenal tentang pembelajaran dalam mengembangkan kompetensi dan keterampilan teknik coaching. Dengan tentunya tetap mengedepankan budaya positif yang sudah terbentuk.

3.  Finding (Pembelajaran)

Pada pembelajaran ini saya menemukan hal baru diantaranya adalah adanya pembelajaran mandiri tentang teknik keterampilan menjadi supervisor saat melakukan coaching untuk supervisi akademik. 

Keterampilan yang harus dikembangkan sebagai supervisor diantaranya Presence atau menghadirkan diri sepenuhnya yang tujuannya agar bisa mengamati dan fokus untuk mengembangkan keterampilan mengajukan pertanyaan berbobot terhadap coach atau guru yang akan melakukan coaching untuk supervisi akademik sehingga coach bisa mengembangkan keterampilan dan kompetensinya dalam menggali potensi coachee atau guru lain dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Percakapan di dalam coaching pun ada alurnya untuk memudahkan coach dalam membuat pertanyaan-pertanyaan berbobot, yaitu alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab) tentunya harus dengan menghadirkan RASA (Receive, Acknowledge, Summarize, Ask). 

Dengan metode Coaching Untuk Supervisi Akademik ini saya sebagai pembelajar akan selalu berusaha melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan mengembang karakter pada kompetensi sosial dan emosional (KSE) yang selalu berpihak pada murid. 
 
4. Future (Rencana Tindakan Lanjut)

Setelah belajar di modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik ini, dan melakukan praktik adegan percakapan dengan CGP lain yang berperan sebagai supervisor, coach dan coachee, insya Allah saya akan lebih fokus dalam mengembangkan keterampilan sebagai supervisor dalam teknik Coaching Untuk Supervisi Akademik ini.

Dengan mengasah kemampuan dan keterampilan saya dalam teknik coaching ini, saya akan bersinergi dengan rekan sejawat dalam melakukan praktik supervisi agar kompetensi guru pun lebih berkembang pada setiap pembelajaran. Saya pun akan berusaha menerapkan kompetensi atau keterampilan percakapan coaching dalam pembelajaran yang nanti akan saya lakukan. Saya akan berdiskusi dengan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi untuk akademik ini.

Demikianlah refleksi saya kali terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf bila ada kata yang kurang sesuai.

Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh…


Channel Education

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTING BEFORE